Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Mengajari Anak Berperilaku Asertif Saat Membela Diri

Gambar
Di artikel ini saya pengen cerita tentang perilaku agresif, submisif/ pasif dan asertif pada ANAK saat membela diri. As usual, I dont want to preach my parenting style to You , lhooo Gaeeees…. Karena saya pun bukan ahli parenting dan juga bukan ahli bela diri. Jadi sifatnya sharing yang selama ini kami alami dalam keluarga yaaak. Semoga bermanfaat! Siapa yang anaknya pernah ditabok sama anak lain????? Sayaaaaaa!!! Siapa juga yang anaknya pernah nabok temennya? Hmmm…. Kalau nabok, anak saya nggak punya kecenderungan ini. Cumaaaaa, dia pernah ngedudukin temennya. Literally duduk di atas badan temennya. Wkwkwkwk…. Beda ya. Tapi LEBIH PARAH si. Hihihi…. Jaman saya kecil dulu, kelas 5 SD, seorang teman dekat pernah menarik kertas ulangan saya. Dan karena, belum selesai mengerjakan dan sedang khusyuk, refleks saya tabok dia. Tepat di muka. PLAAAKK!!! Anak laki-laki itu menangis. Akhirnya, memang saya dibela oleh guru dan hubungan pertemanan kami pun baik-baik saja. Namun, perasaan bersalah

Memories

Gambar
Saya tahu lagu Memories – Maroon 5 ini dari suami. Ada beberapa hal dari lirik lagu ini yang membuat kami feeling nostalgic. Flashback pada masa lalu masing-masing. Sounds so sentimentil ya, hahahaha…. Ada dua bagian dari diri saya yang terungkit dari lagu ini: tentang passion dan tentang mantan. Passion Saya bukan orang yang suka menggembar-gemborkan untuk mengejar passion. Karena sejujurnya, saya pun tidak pernah benar-benar mengejar passion saya, sejak sedari muda, menggambar. Antara saya tidak pernah serius menganggap menggambar adalah pasion saya. A little bit denial . Atau karena saya terlalu phragmatis ya, ambil aja peluang yang di depan mata…. Hanya saja ketika beranjak tiga dasawarsa, saya mengingat kembali satu per satu memori, dan menarik garis merah kegiatan saya dari TK sampai menjelang lulus SMA, ada satu hal yang menarik di ingatan. Menggambar adalah sesuatu yang saya lakukan dengan senang hati dan effortless . Saran dari guru seni rupa dan juga hasil psikotes yang men

Serunya Main di Kebun Bibit Surabaya (Taman Flora)

Gambar
Minggu lalu saya sekeluarga sempat mampir sebentar ke Kebun Bibit Surabaya. Sempat underestimate, karena mengira hanya taman seperti pada umumnya yang hanya rumput dan pepohonan. Tapi ternyata, untuk ukuran taman, Kebun Bibit warbiyasaaaak, Rek! Saya ingin mengapresiasi Pemkot Surabaya si, yang niat banget menyediakan fasilitas umum yang gratis seperti ini. GRATIS loooo!!! Playground Anak Pertama kali masuk melalui gerbang, saya melihat ada perpustakaan di sebelah kiri jalan. Namun tidak sempat masuk ke sana, karena Gayatri keburu lari ke playground. Wkwkwkw…. Dia agak overexcited karena memang banyak playground playground kecil, yang banyak dan menyebar. Jadi dia pengen lari-lari ke playground satu ke playground yang lain. Nah, di playground ini ada banyak mainan anak (toddler). Baik sekali saya kira untuk menstimulasi motorik kasar anak. Karena ada tangga untuk memanjat, ada prosotan, tangga titian, dll. Dan di bawah mainan itu ada pasir. Jadi relatif aman, menurut saya, untuk anak-a

Me Time Singkat ala Ibu Rumah Tangga

Gambar
Kepikiran untuk nulis tentang me-time versi nyonyamalas, setelah beberapa waktu lalu Ony ngisi question box di instagram stories. Tapi tentu saja, versi me-time saya belum tentu sesuai dengan kondisi teman-teman ya. Tapi saya harap, bisa kasih alternatif, siapa tahu para nyonyah belum punya kebisaan me-time atau sekedar mau nyobain me-time versi saya. Kalau saya, mengartikan me-time sebagai quality time dengan diri sendiri. Literally sendiri, kalau saya. Atau serame-ramenya ya sama satu dua orang. Misal bareng suami, atau sama anak saya. Manfaatnya buat saya cenderung ke 1) mengistirahatkan pikiran atau 2) menata pikiran. Kalau cara dan lama waktunya bervariasi tergantung kondisi; tergantung keruwetan pikiran tapi juga tergantung ketersediaan kesempatan juga. Kita sama-sama tahu ya, kadang setelah jadi ibu, tanpa asisten, nyari waktu buat sendiri tu tantangan tersendiri. Kadang mau boker aja, diintili anak sampai kamar mandi. Kadang ikut ditongkrongin. Hahahaha…. Jadi saya sendiri bisa

Better Worry than Sorry, But...

Gambar
Minggu lalu saya bikin question box di IGS buat ibu-ibu senior untuk kasih semacam “nasehat untuk ibu baru”. Paling banyak nasehat yang diberikan itu agar, Ibu Baru terus belajar, percaya diri dan juga nggak over-reaktif terhadap sesuatu terkait bayinya. Saya setuju si. Karena dulu jaman baru punya newborn, saya tu reaktif banget. Bahkan ada yang sampai overreaktif. Setiap ada insting, atau perasaan nggak enak, terutama tentang kesehatan anak, pasti langsung ke klinik atau malah rumah sakit. Hal itu terjadi sampai kira-kira Gayatri umur setahunan kali ya. Pokoknya sampai dokter saya eneg mengedukasi saya tentang pertolongan pertama, tentang kapan saya harus ke dokter, kapan harus menunggu dulu, gitu gitu. Hahaha…. Kalau inget malu juga kadang. Tapi, kan better worry than sorry ya…. Seiring bertambahnya pengetahuan dan pengalaman saya, saya makin woles dan bijaksana saat menyikapi sakitnya Gayatri. Berikut, saya cerita aja ya, kisah-kisah reaktifnya saya. Ada yang ternyata feeling saya

Realistis terhadap Biaya Sekolah Anak

Gambar
Kalau ngomongin biaya sekolah yang tiap tahun meningkat, pasti rame deh di grup ibu-ibu. Ada banyak pendapat, tentunya, terutama kalau menyangkut tema “biaya sekolah sekarang mahal”, “metode pendidikan yang paling sesuai” serta “pertimbangan memilih sekolah”. Dan pro kontra pasti tidak akan menemukan ujung, soalnya kan, standar dan preferensi orang kan beda-beda ya…. Standar mahal misalnya. Apa yang buat saya mahal, mungkin buat orang lain tidak. Atau sebaliknya. Begitu pun dengan metode yang diterapkan di sekolah. Bisa jadi untuk saya, metode A adalah yang terbaik, sementara bagi keluarga lain metode B adalah yang paling tepat. So, kalau saya dan suami berpendapat, yang penting realistis aja ya. Terutama untuk masalah biaya. Yuk mareeee #timrealistis merapaaatttt!!! Pertimbangan Agar Realistis Untuk dapat berpikir secara realistis, ada beberapa hal yang perlu diperbandingkan dengan nominal biaya sekolah anak yang akan orang tua pilih. Fokus pada tujuan. Mutu pendidikan yang diberikan.