Sapih (Part 2)

Lanjoootttt niiii, masalah sapih menyapih. Hehehe…. Seperti yang minggu lalu saya ceritakan di Sapih Part 1, kami mengadopsi konsep beberapa WWL, termasuk yang, “tidak menolak, tidak menawari” nenen selama masa pra sapih. Hanya saja pada saat kami lihat Gayatri sudah siap pisah nenen 100%, kami mulai melakukan “menolak” permintaan nenen.

Wajib dan kudu baca postingan Sapih Part 1 ya….. Biar related.

Tentu saja ada beberapa poin terkait hal menolak permintaan nenen ini ya, supaya bocah tidak patah hati, yang berujung pada retaknya hubungan antara ibu dan anak. (((retaknya))) Bahasa saya uda kaya sinertron jaman dulu kala ya, hehehe…. Nah, yang kami lakukan adalah sebagai berikut:

2019-02-04 03.11.47 1-1024x1365

MASA SAPIH

1. Lihat kesiapan anak dan ibu.

Kesiapan ini benar-benar harus dikonfirmasi betul ya. Jangan hanya karena sudah deadline, atau karena sudah disounding lama, maka lalu otomatis akan siap. Kagak! Lamanya waktu sounding tidak menentukan anak auto siap.

Kemarin di stories ada yang cerita hanya 2 bulan uda siap. Gayatri sendiri 6 bulan baru siap. Ada juga yang cerita kalau uda sounding lama, pas disapih tetep nggak mau.

Saya sendiri menyimpulkan Gayatri sudah siap, adalah ketika Gayatri sendiri bilang setelah tiup lilin, “Gayatri sudah besar yah, nggak nenen.” Oke deh. Nggak nenen kita.

Oiya, saya juga ingin menekankan tentang kesiapan ibu juga ya…. Hehehe. Karena kadang bocahnya woles, ibunya yang drama!

hehehe

Saya maklum si, karena kan menyusui itu sesuatu yang emosional ya. So sweet banget. Banyak kok, ibu-ibu yang pada masa sapih bilang kalau jadi mellow dan juga merasa nggak rela kalau anaknya disapih.

Trus kalau salah satu dari ibu atau anak ternyata dikonfirmasi nggak siap gimana? Kalau kami kemarin rencananya si nambah waktu lagi buat sounding, sampai kesiapan kami terkonfirmasi. Gitu sih. Kan nggak ada juga yang bakal kasih denda yak kalau sapihnya lama, hehehe….

Ga dosa juga kan nyusuin lebih dari dua tahun. Saya pas dua tahun, ya bersyukur juga, bocah dan sayanya pas uda siap.

2. Konsisten dan persisten sama kesepakatan pra sapih.

Memulai untuk konsisten sebenarnya adalah hal yang susah, ketika anaknya mulai nego. Apalagi kalau negonya memelas. Hehehe…. Memang kudu bijaksana menilai, apakah saat itu dia sedang benar-benar butuh nenen, atau sekedar nego.

Karena kalau di pengalaman Gayatri, kebanyakan dia memang memelas untuk nego. Dan anaknya memang pinter nego. Hehehe….

“Ibuk, Aci mau nenen.”
“Masih ada nenennya tuuu….”
“Satu aja buk nenennya. Satu aja….”
“Aci masih kecil, nenen dulu.”

hiks

Ya kudu nguatin hati bener ini…. Sambil terus dipeluk sayang, elus-elus, sesuai dengan kesepakatan. Di titik ini saya beneran ngomong sama diri sendiri, kalau sapih itu nggak jahat kok. Asal kita tetap berusaha membuatnya tenteram dan nggak trauma.

Saya juga bilang ke diri saya sendiri, “Wajar, kan kalau Gayatri rewel, wong dua tahun dia hidup dari nenen.” Kalau dia nggak merasa kehilangan malah sedih sayanya, wkwkwk…. Yah intinya, kata-kata penguatan dan penghiburan buat diri sendiri.

3. Bikin anak senyaman mungkin.

Rada dramanya ya pas mau tidur malam. Soalnya dia kebingungan mulai tidurnya karena biasa bobo sambil ngenyot nenen kan…. Jadi agak rewel. Saya inget dulu kata Miss di daycare, Aci kalau di daycare maunya bobok ditepuk tepuk bokong sambil dinyanyiin kasih ibu. Jadi saya lalukan.

Rewel agak lama. Minta ini itu, diturutin aja (kecuali minta nenen tentunya). Setelah kehabisan ide, dia mulai nangis bombay. Saya mengalihkan perhatian pakai lagu cicak cicak di dinding, sambil gendong. Soalnya biar bocah dangak. Kalau dangak refleks akan diam nangisnya. Coba deh. Setidaknya dia bisa istirahat ambil napas dan sedikit tenang. Baru lepas jam 10, dia tidur.

Gayatri terbangun dua kali. Tengah malam dan subuh. Pas saya sudah kelelahan, ganti Suami yang peluk dan puk puk Gayatri.

Oiya saya juga diffuse EO Lavender buat bantu saya tetap tenang dan kalem, nggak emosian selama nyapih. Menurut saya, menjaga emosi ibu ini penting banget ya. Saya memang pengguna EO dari setahun ini jadi uda tahu banget kalau ngefek ke saya. Selain itu saya juga makan enak dan banyak biar ga laper, serta minum kopi biar nggak ngantuk. Saya kalau laper + ngantuk gaswat galaknya soalnya hahaha….

Di hari kedua, selain diffuse Lavender, saya oles juga ke kening dan jempol kakinya. So far ngefek bikin dia kalem. Tips ini saya dapat dari mom elly @kasihoil, produk oil Young Living juga bisa dibeli di akun tersebut.

Selain gendong, nyanyi, puk puk dan EO, ada satu hal lagi yang menurut saya patut dilakukan saat sapih: meminimalisasi penggunaan gadget pada orang tua, jadi anak merasa benar-benar diperhatikan.

2019-02-04 03.11.50 1-1024x1365

4. Tutup akses ke nenen.

Hari kedua ini Gayatri sudah nggak minta nenen, cuma kadang ngeliatin atau ngelus dada saya. Saya uda persiapan pakai kaos yang bukan kaos busui, selain itu juga saya rangkap kaosnya pakai tank top. Jadi mempersulit akses.

Ide nutup akses ini saya adaptasi dari tipsnya mbak @egadioni. Kalau beliau pakai stiker. Ibu-ibu bisa sesuaikan juga mana yang paling pas dengan kondisinya ya….

Mengatasi Payud*ra Sakit saat Sapih

Di hari kedua ini, yang agak bermasalah malah saya. Soalnya payud*ra mulai terasa penuh, karena produksinya sepertinya masih lumayan dan agak sakit kalau kesenggol. Nah, ibu-ibu yang mau sapih jangan melupakan kondisi diri sendiri yaaaa…. Kadang terlalu fokus sama anak, jadi lupa kalau harus juga memikirkan tubuhnya.

*sorry, saya sensor tulisannya soalnya sering kedettect sebagai konten dewasa sama Google Ads. Harap maklum ya….

Saya sempat menanyakan di stories tentang payud*ra yang penuh saat sapih ini. Tips dari Kak Chen (senior saya di kampus yang juga konselor ASI) adalah dikeluarkan saja ASInya sebagian sampai terasa nyaman. Tapi tidak perlu sampai kosong, agar tidak terus mendorong produksi ASI. Beberapa teman yang lain, bilang jika tidak terlalu sakit dibiarkan saja.

Saat itu karena masih bearable, saya biarkan saja, tidak saya pompa.

Di hari ketiga, payudara saya juga mulai nggak sakit lagi. Entah kenapa jadi lemes sendiri, berkurang kaku dan juga nggak nyeri banget. Thanks God pertolonganMu.

Setelah semingguan sapih, saya masih tetap lanjut sounding tipis-tipis. Dampak positif setelah sapih adalah, Gayatri tidak sering terbangun lagi di tengah malam untuk nenen. Saya bersyukur banget, jadinya tidurnya lebih berkualitas ya. Saya juga jadi bisa mengerjakan beberapa pekerjaan di malam dan saat fajar.

Simpulan sapih versi nyonyamalas:

  • sounding yang lengkap dan jauh jauh hari, ini sepertinya kunci utamanya ya. Kalau kasusnya Gayatri, saat kognitifnya uda dapet, kesiapan hatinya lebih mudah diraih,
  • lihat respon dan kesiapan anak,
  • peluk dan jaga emosi,
  • konsisten dan persisten tapi tetap kalem,
  • tutup akses payudara.

Semoga sharing kali ini bisa bermanfaat yaaa! Saya sadar kalau mungkin aplikasinya di keluarga teman-teman bisa bervariasi, jadi saya mendorong teman-teman untuk mengadaptasi/ menyesuaikan dengan kondisi masing-masing ya! Beberapa pengalaman teman-teman lain yang saya screenshoot saya share di Instagram @nyonyamalas di highlight SAPIH ya…. Semoga bisa sharing lagi via stories ya.

Salam sayang untuk putera-puterinya! Semoga lancar sapihnya!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah