Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Tentang Pilihan Gaya Hidup #CerdasDenganUangmu

Gambar
Hidup 26 tahun dalam keluarga pegawai negeri, membuat cara pandang saya terhadap uang sangatlah konservatif. Penghidupan ya dari pay day ke pay day berikutnya, dicukup-cukupin tapi pasti. Hidup sederhana tapi tidak pernah berkekurangan. Selalu ada makanan empat sehat lima sempurna serta tidak pernah terlambat bayar SPP. Semua karena kedisiplinan dan ketaatan terhadap anggaran. Tidak ada istilah boros, tidak mungkin juga berfoya-foya. Semuanya bermuara pada satu kata: PAS. Kalau ada sisa, bolehlah ditabung. Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Kira-kira begitulah yang diterapkan dan yang saya pelajari dari rumah Papa. Warna baru yang berbeda, saya rasakan ketika menikah. Suami berasal dari latar belakang keluarga yang sangat berbeda. Alih-alih bekerja kepada negara, mereka terbiasa berwirausaha atau self employed . Gaya hidupnya pun sangat berbeda. Saya dan Alm. Mama Mertua Jika diibaratkan dengan minum kopi, mungkin gaya hidup keluarga Papa saya bisa disamakan dengan minum

Investasi Terbaik

Gambar
Well, sebenarnya saya agak kapok nulis tentang investasi terbaik. Masih segar dalam ingatan saya, saya nulis pengalaman investasi yang pernah saya lakukan di blog ini dan kemudian banyak yang nanya-nanya terkait. Sebenernya saya senang kalau diajak diskusi. Tapi pertanyaannya itu looo…. Kebanyakan seperti ini: 1. Apa si investasi yang tepat buat saya? 2. Saya pengen beli reksadana ni, apa ya mbak yang oke buat saya? 3. Kalau saya mau beli rumah sekian tahun lagi, saya harus investasi apa ya? Pertanyaan-pertanyaan yang menurut saya seharusnya diambil atau dihitung sendiri oleh investor sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tipe seperti ini itu nggak bisa yang situ nanya, otomatis keluar jawaban. Kasuistis banget. Masalah personal finance, in my humble opinion, sebenarnya masalah pribadi yang berbeda tiap kasusnya ya. Tidak ada satu formula pun yang akan cocok untuk semua kakus…. Eh, kasus. Sama seperti juga penyakit orang pun bisa macam-macam treatmentnya. Tidak ada satu obat untuk semuanya.

Resolusi, antara Nasib dan Mitigasi Risiko

Gambar
Resolusi 2018 apa kabar? Hehehe…. Beberapa kali saya baca obrolan di sosmed tentang resolusi dan menemukan komen, “Resolusi 2019-ku itu mencapai resolusi 2018-ku”. Bahkan di stories IG-nya Jouska, ada yang terang-terangan bilang kalau resolusi tahun 2019-nya adalah menyelesaikan resolusi tahun 2016. Beibh, 3 tahun lu ngapain ajaaa! Related Post: Cara Menyusun Resolusi dengan Mind Map Etapi, ya, nggak salah juga sih. Resolusi 2019 saya pun ada yang sama dengan 2018, karena di tahun ini saya belum berhasil mencapainya. Kenapa tidak berhasil mencapainya? Karena nasib. #trusditimpuk. Kasihan ya, di awal tahun gini Sang Nasib dikambinghitamkan. Wkwkwk…. Tapi jadi nggak lucu lagi kalau dari tahun ke tahun resolusinya ga tercapai dan jadi nyalahin nasib melulu. Bisa tersinggung berat kan nasibnya. Resolusi 2018 yang Berhasil: Bisa nyetir, Meningkatkan PV Blog dari 1200 ke 2000 views per hari, Pengembangan diri (ikut training, workshop, dll di luar kantor), Menang beberapa lomba blog, Jadi na

Hadiah Paska Persalinan: Perlengkapan Bayi VS Kado untuk Ibu

Gambar
Ide menulis tema ini muncul dari Reihan Putri yang beberapa minggu lalu sempat bertanya di grup IFB dalam rangka menyari kado perlengkapan bayi bagi temannya yang baru melahirkan. Saya yakin kalau proses pembelian hadiahnya si sebenarnya relatif mudah dilakukan ya, bisa beli online maupun offline. Cuma menentukan apa hadiahnya itu lo yang kadang memang tricky. Di grup langsung rame ide-ide dari yang mainstream seperti baju bayi sampai yang rada anti mainstream seperti skincare sebagai kado untuk ibunya. Dari yang fungsional seperti breastpump sampai yang fashionable seperti diaper bag bermerek. Risiko nanya di grup memang gitu ya. Akan banyak versi jawaban. Karena yang menjawab pun berasal dari berbagai latar belakang. Sebagai orang yang belum pernah mengalami memiliki bayi, memang jadi tantangan tersendiri si membeli kado perayaan kelahiran. Tapi yang menarik buat saya, adalah beberapa berpendapat juga untuk selain memberikan hadiah berupa perlengkapan bayi, Ibu yang baru melahirkan p

Newt Scamander, Asrama Hogwarts dan Stereotypenya

Gambar
Gara-gara nonton Fantastic Beast #2 yang The Crime of Grindelwald, saya jadi nonton lagi dan baca ulang beberapa episode dari Harry Potter series. Yaaah, mumpung saya juga lagi cuti lama kan ya, jadi agak santai. Tapi saya di artikel ini bukan sedang mau review film-filmnya ya. Sebagai Potter Head uda jelas lah, nggak akan obyektif tulisan-tulisan saya, wkwkwkwk. Saya mau bahas dari sisi karakter Newt Scamander – asrama Hogwarts – dan Stereotypenya dari sudut pandang saya sebagai ibu. Selamat membaca, Muggles! via GIPHY Dalam cerita Harry Potter, di sekolah sihir-nya terdapat empat asrama. Yang masing-masing siswa dipilih untuk masuk ke suatu asrama berdasarkan karakteristik tertentu yang menonjol dari dirinya. Asrama Gryffindor katanya akan memilih yang gagah berani, Ravenclaw akan memilih yang pintar-pintar, Slytherin akan memilih yang berdarah murni nan eksklusif, sementara Hufflepuff akan memilih yang baik hati. Yang terakhir, kerap disalah artikan dengan kelemahan, atau siswa sisa

Ngeblog Pakai Laptop Murah Meriah

Gambar
Di artikel ini saya cerita sedikit-sedikit ya tentang gadget yang saya pakai untuk ngeblog…. Ya memang ga bakal review spek yang teknis banget tapi semoga bermanfaat ngasih gambaran tentang laptop murah dan suka duka pemakaiannya. Gadget yang saya pakai nulis terutama adalah laptop. Kadang saya memang ngedraft di handphone pakai aplikasi notes. Tapi itu draft kasar banget. Random thought random thought yang muncul selama di perjalanan dari dan ke kantor. Kelemahannya kalau pakai handphone tu jempol saya kegedean. Sering banget typo jadinya…. Hehehe…. Jadi draft-draft tersebut di atas akan saya kompile, perbaiki typonya dll di laptop. Saya melakukan editing dan menambahkan gambar dulunya juga di laptop. Soalnya handphone saya dulu memorynya terbatas banget. Selain gambar, edit video juga di laptop. Demikianlah peran laptop bagi blog saya. Berjasa banget kan yes! Sebelumnya pas belum LDM saya mah minjem laptop suami. Pas LDM sempat beberapa bulan, saya nggak punya laptop sendiri…. Rasany

Review Buku Montessori Play and Learn Lesley Britton

Gambar
Sejak tertarik dengan metode Montessori sebagai salah satu cara pandang parenting, saya sering hunting review buku Montessori. Buat beli yang cucok tentunya. Kenapa buku? Karena saya pengen tahu prinsip-prinsip mendasar dari metode ini. Soalnya banyak banget kan konten-konten di media sosial terutama instagram yang menggunakan embel-embel #montessori tapi dengan bentuk yang beraneka ragam. Biar tidak bingung pengennya si punya pegangan yang tepat gitu…. Awalnya sempat tertarik pada bukunya Maria Montessori sendiri yang Absorbent Mind. Namun setelah baca reviewnya di beberapa portal buku, saya mundur. Banyak yang berpendapat buku ini terlalu “ilmiah” dan “susah dikunyah” untuk orang baru yang sama sekali nggak punya latar belakang pengetahuan tentang montessori. Berhubung saya memang awam sekali dengan metode ini; tak pernah datang di sekolah murni montessori. Jadinya saya undur untuk membacanya dan mencari yang lebih handy. Tertarik dengan bukunya Lesley Britton setelah sekilas lihat p

Rasa yang Dulu Pernah Ada

Gambar
Gegara baca postingan Kresnoadi tentang permen karet. Saya jadi termanggut-manggut. Asem. Lagi-lagi ni mantan bocah kribo ini membuat saya berpikir serius pada ujung cerita, setelah terlena sama panjang guyonannya. Kan kesel, harusnya di ending kita uda santai santai, ini malah jadi mikir. Yang mau baca silakan ke sini ya….Yang ga mau baca ya nggak papa juga si. (Sorry Di, wkwkwk) Biar related saya mau kutip kata-kata Adi tentang ngunyah permen karet: “Sewaktu dewasa, gue sadar kalau dengan makan permen karet, kita diingatkan bahwa semakin kita merasakan hal yang sama, berulang-ulang, berkali-kali, rasanya pasti memudar.” Saya jadi mikir tentang pernikahan. Pernikahan kami. Pernikahan saya dan suami maksudnya ya, bukan saya sama Kresnoadi. Saya dan suami baru menikah selama tiga tahun kurang 14 hari. Masih seumur jagung. Tapi saya akui sebagian rasa di antara kami telah memudar. Bukan berarti sedang ada masalah di antara kita. Ya, kami tetap saling menyintai si walaupun sering berantem