Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Ibu Multitasking, Yay or Nay?

Gambar
Saya tim Nay! Bukan masalah preferensi sebenarnya, tapi masalah sadar diri. Hehehe…. Hal ini berlaku saat saya masih ngantor 8-5 maupun pas saya cuti besar ini. Kalau saya mencoba mengerjakan dua hal secara bersamaan dalam waktu singkat, alias multitasking, biasanya malah akan menghancurkan keduanya. Contoh satu: ngetik sambil ngasuh anak. Yang ada saya malah emosi sama anak, dan tulisan saya juga jadi banyak typonya. Tetot! Rugi di kedua belah sisi. Contoh kedua: mandi sambil nyanyi-nyanyi. Ya, bahkan untuk hal sesederhana mandi sambil nyanyi saja saya gagal. Biasanya kalau saya mencoba melakukan kedua hal ini, endingnya adalah pintu kamar mandi digedor sama suami karena saya mandi kelamaan. Padahal di dalam kamar mandi saya belum ngapa-ngapain, cuma nongkrong di pangkuan Mas Toto. Sambil fokus nyanyi tentunya. Oiya, lagu favorit saya lagunya Fun. yang Why Do I Stand For. Lebih melengking dari Nate Ruess lebih jos. #Abaikan Saya tim Nay! karena bagi saya (bagi saya loh bagi saya, kita

Mampir Ke Frutta Surabaya, Tempat Jual Bahan Makanan Organik

Gambar
Ini kali pertama saya belanja offline bahan makanan di konter yang segmented banget – khusus menjual bahan makanan organik, vegan related, etc. Ya, karena sesungguhnya saya memang not really into that ya. Kadang-kadang saja kalau sedang butuh bahan tertentu dan dompet mendukung saya akan beli via shopee. Nah, karena sekarang saya sedang cuti besar (dan banyak waktu luang) saya iseng nyari konter demikian, dalam rangka nyari mie sehat buat Gayatri. Syukurlah ketemu Frutta Surabaya ini. Cerita tentang Gayatri dan mie-nya akan saya sampaikan menyusul. Singkat cerita saya nemu konter Frutta Surabaya ini. Infonya dapat dari webnya Ladang Lima malah, produsen mie sehat. Karena lokasinya di Pakuwon City cukup dekat dan suami familiar, jadilah kami meluncur ke situ. First Impression Yang terlintas pertama kali adalah: kecil bingit ini konternya. Kalau dibandingkan dengan Indomaret dan Alfamart secara umum, mungkin ini ukurannya cuma 1/3 atau 1/4-nya kali ya. Bahkan kami sempat nggak notice tok

Pulang

Gambar
Sejak meninggalnya Mama mertua di bulan Oktober 2017, disusul Mbah Uyut di bulan Januari 2018, satu hal yang saya tekankan dalam diri saya: harus sering pulang ke rumah orang tua. Mau orang tua saya atau orang tua suami. Pokoknya kami harus lebih rajin tengok-tengok mereka. Kita nggak tahu sampai kapan “kemewahan” bisa menengok orang tua itu diberikan pada kita kan. Nggak pengen nyesel kan. Mana meninggalnya Mbah Uyut itu agak bikin nyesek juga. Karena sebelumnya Beliau sempat ada salah paham dengan Kakak ipar yang berlarut-larut. Dan belum kelar. Sampai menjelang meninggal, Sang Kakak Ipar datang, mengucap saling memaafkan. Sejenak setelah itu, Mbah Uyut menghembuskan napas terakhir. Entah kebetulan atau tidak. Tapi saya yakin Beliau memang menanti rekonsiliasi. Saya tak ingin hal tersebut terjadi pada kami. Kami tak mau, orang tua kami merindu, dan terpuaskan hanya pada saat-saat terakhir. Oleh karena itu, punya duit nggak punya duit. Nantinya bisa “ngoleh-olehin” atau enggak. Nggak

Menyiapkan MPASI Homemade: Antara Tenaga, Waktu dan Alat Masak

Gambar
Sebagai ibu bekerja dari setengah delapan pagi sampai jam lima sore, tantangan terbesar dari menyiapkan MPASI homemade adalah masalah tenaga dan waktu. Jujur yes, bangun pagi yang ada di pikiran cuma masak MPASI (kadang masak sarapan malah nggak kepikiran), pulang kerja yang dipikirin adalah bahan MPASI buat besok. No. no, no, saya tidak sedang mengeluh. Jujur, masak MPASI untuk Gayatri adalah salah satu kegiatan stress release saya selain menulis. Apalagi saya sadar dengan masak MPASI sendiri saya bisa memastikan nutrisi yang masuk ke tubuh Gayatri sesuai dengan kebutuhannya. Tailor need gitu. Tapiiiii…. yang bikin setres adalah cucian alat masaknya. Hahaha…. Tapi karena keterbatasan anggaran, saya nggak beli alat masak MPASI yang fancy . Hampir semua pakai peralatan dapur yang ada dan ditambah kado-kado lahiran. Misal: panci ya saya pakai yang memang sudah kami miliki, untuk ngukus kami pakai dandang atau rice cooker kecil jamanan ngekos, buat menghaluskan makanan saya pakai saring

Goodbye Sufor!

Gambar
Gagal ASI eksklusif di semester pertama usia Gayatri tidak membuat saya putus asa untuk memperjuangkan ASI selama dua tahun. Hak bayi untuk mendapat nutrisi terbaik. Walau sempat menggunakan susu formula (sufor), puji Tuhan, saat ini saya bisa mengatakan “Goodbye Sufor!” Ya, saya mengakui saya dan suami pernah mengambil keputusan memberikan sufor pada Gayatri. Keputusan yang membuat kami patah hati. Ceritanya seperti ini…. Saat itu, Gayatri didiagnosis sepsis sekaligus jaundice. Perawatan di perina adalah keharusan, dan kami tidak mendapatkan Rumah Sakit yang memiliki fasilitas penginapan bagi ibu. Kami tidak memiliki persiapan apapun, termasuk stok ASIP. Sambil mencari donor ASI, saya mencoba memerah payudara saya. Saya hanya mendapat ASIP 20 ml, dan kondisi kesehatan saya pun drop. Gayatri dan Bapak saat di Perinatologi Menjelang tengah malam kami mendapatkan donor ASI. Sayangnya, ASIP tersebut tidak bisa sampai saat jadwal pemberian susu berikutnya. Setelah berkonsultasi dengan Bida

Antara Harga, Gaya dan Kegunaan

Gambar
Postingan seorang rekan di FB pun cukup menggelitik saya. Beliau menanyakan apa sih yang jadi patokan “high end” bagi netizen jaman now. Banyak yang menjawab jam tangan, sepatu, perhiasan dan teman-teman perempuan banyak juga yang menjawab dengan handbag alias tas. Hmmmm…. Banyak pendapat, pro dan kontra, jika membicarakan gaya hidup. Apalagi lebih sensitif lagi menyerempet ke masalah harga barang yang digunakan. Ya, sebenarnya ya nggak bisa didiskusikan ramai-ramai karena daya beli orang kan beda-beda jadi ukuran mahal dan ukuran kegunaan barang bergengsi pun bisa jadi beda. Kalau saya pribadi, mau beli barang seperti apapun yang penting ingat tiga poin di bawah ini: 1 . Buat Apa Dulu Yep! Buat apa beli barang mahal? Oke karena mahal itu “beda-beda” maka saya batasi saja ke barang mahal versi kaum menengah ya. Contohnya: tas Fossil original. Saya pakai contoh produk ini karena setahu saya ini merk dengan kualitas high end yang harganya masih terjangkau, namun ya masih lumayan juga na