backupnyonyamalas

Saat saya mengupload informasi kehamilan anak kedua, banyak sekali yang memberi selamat. Terimakasih banyak ya teman-teman. Saya terharu, hehehe. Di sela-sela ucapan selamat, ada beberapa teman yang menanyakan alasan atau menanyakan pertimbangan mengapa kami ingin punya anak kedua. Sejujurnya kalau ditanya demikian, agak bingung juga menjelaskannya dalam bentuk tulisan ya. Hehehe. Soalnya kami berdua memang nggak punya semacam list pertimbangan atau kaya “10 alasan mempunyai anak kedua” gitu lo. Keputusannya diambil bukan serta merta hasil sekali diskusi, langsung jadi “Yuk, punya anak lagi”, nggak gitu! Tapi proses dari sejak awal menikah, punya anak pertama, lalu anak pertama kali sudah tiga tahun, obrolannya terus berkembang. Sampai kemudian memutuskan untuk lepas IUD. Saya coba rangkuma aja tapi ya…. :) Btw, ngomongin “keputusan punya anak” nggak sama kaya “keputusan beli rumah”. Soalnya banyak variabel, yang tidak bisa manusia tentukan sendiri. Terjadinya pembuahan sel sperma deng

Hehehe, kebanyakan pertanyaan dari teman saat tahu saya pakai KB IUD adalah, “Pasangnya sakit tidak?” Tapi jujur pertanyaan yang sama juga saya ajukan pada SPOG saya tiga tahun tiga bulan yang lalu (asek, apal). Bayangannya horor aja si bagian rahim dimasuki sesuatu walaupun kecil. Jawabannya, kalau berdasar pengalaman saya si tidak sakit! Tapi ya tidak menutup kemungkinan kalau temen-temen bakal sakit ya. Bukannya nakut-nakutin hihihi…. Soalnya kan tingkat ketahanan terhadap rasa sakit orang bisa beda-beda. Saya sendiri beneran nggak merasakan sakit pas pasang. Kapan Pasang KB IUD Saya pasang KB IUD ketika nifas, setelah persalinan Gayatri. Kalau tidak salah itu, sekitar sebulan setelah melahirkan ya. Awalnya datang selain untuk kontrol, juga untuk minta KB suntik. Tapi setelah konsultasi dengan dokter kandungan langganan saya di BWCC, kami ga jadi ambil suntik KB. Akhirnya beberapa hari kemudian kami balik lagi untuk pasang KB IUD. Dokter kandungan saya memang menyarankan untuk pasan

Saat wabah corona merebak, ada anjuran bagi para ibu hamil untuk menunda periksa kehamilan apabila tidak memiliki keluhan. Hal ini karena ibu hamil dinyatakan juga sebagai golongan orang dengan imunitas rendah dan rentan tertular penyakit. Jadi dirasa, risikonya lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang akan diterima. Periksa Kehamilan Saat Wabah Corona Sebaliknya, untuk beberapa kondisi darurat berikut ini, ibu hamil tidak boleh menunda pemeriksaan kehamilannya. Misalnya apabila mengalami muntah berat, terjadi pendarahan, merasakan kontraksi atau nyeri perut hebat, pecah ketuban, keluhan tekanan darah tinggi, merasakan nyeri kepala hebat, ibu tidak lagi merasakan gerakan janin, dan mengalami kejang (Buku KIA halaman 8-9). Hal ini sesuai dengan anjuran Kementerian Kesehatan pada Ibu Hamil saat Social Distancing ya! Namun, pada awal April kemarin, di usia kehamilan saya dua bulan, saya memutuskan untuk memeriksakan kehamilan saya di SPOG langganan saya di RSIA Kendangsari. Hal ini k

Dalam beberapa bacaan yang saya temukan, ada banyak tanda hamil muda (ciri hamil) yang dialami oleh ibu hamil. Namun, setelah saya mengalami sendiri, dalam tiga kali kehamilan, ternyata tanda kehamilan yang saya alami berbeda-beda ya. Hihihi…. Mungkin karena kondisi tubuh yang berbeda, atau memang (sebagaimana yang saya yakini) tiap kehamilan memang punya cerita masing-masing. Memang ada satu ciri hamil yang sama yang saya alami di ketiga kehamilan, yaitu terlambat datang bulan. Selain itu, perbedaannya akan saya ceritakan di artikel ini. Oiya, sharing tentang kehamilan ini murni berdasar pengalaman pribadi ya. Bisa jadi apa yang dialami oleh ibu hamil lain berbeda, namun semoga bisa memberikan gambaran sedikit-sedikit dari kacamata seorang ibu hamil. Semoga bermanfaat! Ciri Hamil Secara Umum Dari banyak sumber yang saya baca, ciri hamil muda antara lain: Flek (pendarahan ringan) dan rasa kram pada perut, Terlambat haid/ terlambat menstruasi, Perubahan pada payudara, Merasa mudah lelah