Newt Scamander, Asrama Hogwarts dan Stereotypenya

Gara-gara nonton Fantastic Beast #2 yang The Crime of Grindelwald, saya jadi nonton lagi dan baca ulang beberapa episode dari Harry Potter series. Yaaah, mumpung saya juga lagi cuti lama kan ya, jadi agak santai. Tapi saya di artikel ini bukan sedang mau review film-filmnya ya. Sebagai Potter Head uda jelas lah, nggak akan obyektif tulisan-tulisan saya, wkwkwkwk.

Saya mau bahas dari sisi karakter Newt Scamander – asrama Hogwarts – dan Stereotypenya dari sudut pandang saya sebagai ibu.

Selamat membaca, Muggles!

via GIPHY

Dalam cerita Harry Potter, di sekolah sihir-nya terdapat empat asrama. Yang masing-masing siswa dipilih untuk masuk ke suatu asrama berdasarkan karakteristik tertentu yang menonjol dari dirinya. Asrama Gryffindor katanya akan memilih yang gagah berani, Ravenclaw akan memilih yang pintar-pintar, Slytherin akan memilih yang berdarah murni nan eksklusif, sementara Hufflepuff akan memilih yang baik hati. Yang terakhir, kerap disalah artikan dengan kelemahan, atau siswa sisa.

Harry Potter ada di asrama Griffindor. Sementara Newt Scamander yang menjadi tokoh sentral di Fantastic Beast berasal dari Hufflepuff.

newt scamander

Sumber: https://www.pottermore.com/news/introducing-newt-scamander-fantastic-beasts

Ya! Hufflepuff! Yang memiliki stereotype sebagai siswa sisa yang lemah itu!

Tapi walau memiliki stereotype demikian, ternyata beliau memiliki kekuatan maha dahsyat, yang salah satu buktinya, kalau mungkin teman-teman nggak mengikuti, adalah berhasil lolos dari pertempuran melawan Grindelwald sebanyak setidaknya dua kali. Grindelwald adalah penyihir terbesar sekaligus terjahat pada masa itu.

Film ini mengingatkan saya kembali pada pesan di buku Harry Potter yang ke tujuh, bahwa bukan penilaian orang yang akan menentukan kita sebagai apa. Bukan. Kita sendirilah yang membentuknya.

kuat

Paragraf di atas, sebenarnya sedang saya ingin ingatkan lagi pada diri saya sendiri. Saya, berdasarkan kuesioner pottermore.com dimasukkan ke dalam Asrama Slytherin. Hehehehe…. Asrama yang isinya mostly penyihir jahat.

Stereotype Asrama Hogwarts

Hihihi…. Ngeri bhet yak…. Para potterhead pasti memahami yak apa yang saya rasakan.

Tapi walaupun begitu Slytherin tu sekaligus asrama Severus Snape, antihero yang keren banget di buku ini looooh! #teteupbelain. Sayangnya siswa di asrama ini kadung memiliki stereotype sebagai orang yang angkuh, dingin dan tidak berperasaan.

via GIPHY

Asem! Seru saya saat hasil kuesioner itu muncul. Awalnya rada denial, berhubung saya sebenernya pengennya masuk ke Ravenclaw aja gitu. #sokpintar Kan keren yak, wkwkwkwk.

Kuesionernya sendiri seperti tes psikologi gitu, tapi kurang tahu seperti apa penyusunannya. Tapi kalau dicocoklogi, memang hasilnya senada seirama dengan hasil tes psikologi saya yang lain di MBTI.

Stereotype Karakter

Berdasarkan hasil tes psikologi MBTI tadi saya INTJ. Singat cerita, INTJ adalah pribadi yang memiliki kecenderungan  Introvert – Intuitive – Thinking – Judging.

Salah satu bahasan tentang INTJ sebagai orang tua adalah bahwa orang-orang dengan karakter ini akan menjadi orang tua yang terlalu logis (tidak berperasaan eh?) dan sulit mengekspresikan kasih sayang (dingin eh?).

Asem! Seru saya lagi….

Dingin dan tidak berperasaan, apalagi masuk di asrama yang notabene isinya penyihir jahat, hahaha. Apakah saya akan seburuk itu sebagai orang tua?

hiks

 

ENGGAK, kata suami saya.

Kecuali kalau saya tersugesti dengan hasil tes tes itu dan kemudian tanpa sadar menggenapinya.

Pygmalion Effect

Jadi semacam pygmalion effect gitu loh.

Noted: Pygmalion effects kalau di manajemenn itu sebutan/ pandangan untuk fenomena yang terjadi pada seseorang akibat ekspektasi yang dilekatkan atau disampaikan padanya. Misal seseorang yang tahu bahwa dirinya diekspektasikan akan berkineja baik, akan meningkat kinerjanya, begitu juga sebaliknya. CMIIW.

Walaupun sudah diperingatkan suami saya demikian, saya tetap mengingat hasil tes dan stereotypenya tersebut. Bukan untuk membuktikannya. Atau untuk menggenapinya.

Melainkan sebagai pengingat agar mawas diri.

Mawas diri mengingat karakter dasar saya yang dingin, maka saya harus ingat untuk berusaha lebih keras mengekspresikan kasih sayang saya. Bukan malah jadi pasrah, dan mengkambinghitamkan stereotype karakter dasar. Karena seperti Newt Scamander yang tetap mampu mengembangkan diri dan akhirnya mau memilih pihak, seperti itupun karakter saya sebagai ibu.

Terus berkembang.

setrong

Being Best Version of Our Truly Self

Walaupun saya tahu, saya tidak akan dan juga tidak mau menjadi orang lain. Namun saya yakin saya bisa menjadi ibu yang terbaik versi diri saya dengan mengenali (stereotype) karakter kepribadian saya dan mawas diri untuk meminimalisasi hal-hal negatif darinya.

Saya tetaplah INTJ sekaligus proud Slytherin. Tapi mengapa tidak mungkin juga sekaligus menjadi ibu yang oke (versi saya)?

Saya percaya kita semua bisa. Apapun karakter dasarnya. Atau apapun hasil tes pottermore kita wkwkwk…. Saya percaya kita semua bisa.

Ahseeeeekkk…. Sounds like Mario Teguh saya ya di artikel kali ini, hehehehe…. Salam Zupeeerr….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah