Redefining Kerja

N : Pak, kalau deposito kita banyak, bisa kali ya bunganya kita cukup-cukupin buat hidup tiap bulan. Ga usa kerja lagi.

T : Ya, bisa aja kalau mau dicukup-cukupin. Tapi masa iya, kita berhenti kerja sama sekali…. Trus hidup buat apa….

(((Hidup buat apa)))

Kalimat tersebut jadi terngiang ngiang di kepala. Di bayangan saya, kalau sudah merdeka secara finansial, saya mau santai-santai aja menikmati hidup. Ga mau kerja.

Tapi diskusi bareng suami tadi, membawa saya kembali ke zaman kuliah dulu.

redefining kerja

Zamannya idealisme tumbuh dan hidup. Zamannya saya memahami kalau kerja itu hakikatnya hidup, bukan sekedar menyambung penghidupan. Bahwa kerja bukan hukuman. Bahwa kerja bukan sesuatu yang patut menjadi beban.

Bahwa kerja itu panggilan hidup.

Bahwa kerja itu ibadah.

(((Klise tapi ya bener!)))

(((Bener-bener klise :P)))

(((BENERAAAAN!)))

setrong

Jujur, sempat melupakan hal tersebut belakangan ini. Menjadi ibu bekerja yang tinggal berbeda kota dengan suami, membuat hidup saya mekanis. Jugling between harapan dan realita, drama and dreams mommy mommy. Bangun tidur, siap-siap, antar anak daycare, kerja, pengen cepat pulang, jemput anak di daycare, main bareng, tidur, bangun, kerja lagi, dst.

Jujur, sempat lupa nikmatnya menemukan cara baru untuk mengerjakan persoalan kantor. Lupa nikmatnya berjerih lelah dalam suka cita. Lupa nikmatnya tertawa, saat menemukan kesalahan sepele yang membuat diri berkutat di depan komputer lebih lama. Yang teringat hanya payah.

Payah mengejar target nominal deposito yang (saya pikir) menjanjikan ritme hidup yang saya dambakan.

Payah mengingat apa yang tidak sedang saya miliki, namun melupakan apa yang sedang saya punyai.

Payah karena kufur.

hiks

Baiklah, di ujung malam ini, saya tobat.

Saya berdoa bagi diri saya sendiri. Semoga ada ketenangan hati, damai sejahtera dan tekad yang kuat. Biarlah kalau nantipun saya bisa merdeka finansial (((AMIIIN))), saya mau tetap kerja. Di kantor atau di rumah atau dimananya tak penting. Tetep di kantor sekarang yang 7.30 to 5, atau jadi freelance yang bisa kerja kapanpun, itu urusan belakangan.

Yang penting, saya niatkan dalam hati kalau saya mau tetap kerja yang bermanfaat buat orang lain juga. Bukankah, sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat? Ya kaaaan? Amin, Sodara sodaraaaa????

Kalau misalnya nih, temen-temen nggak harus mikirin masalah finansial, kira-kira temen-temen mau ngapain? Sharing yuuuk!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah