Berkebun di Lahan Sempit dengan Tanaman Tahan Banting

Menanam tanaman saya sukai karena secara emosional makhluk hijau tersebut mengingatkan pada rumah saya di kampung yang di tengah-tengah kebun. Kalo secara filosofis, saya percaya manusia memang ditakdirkan untuk menanam (panjang ceritanya deh kalo bahas masalah ini :D). Namun sebagai orang yang tinggal di kota, saya (atau kita mungkin) punya dua kendala: waktu untuk merawat dan lahan yang terbatas.

berkebun

Walau punya kendala waktu, sekali kita memutuskan untuk menanam sesuatu tetep harus tanggung jawab dong sama kehidupan tanaman yang kita tanam. Makhluk hidup gitu loh. Buat saya, tanggung jawab bukan berarti harus mau ribet. Hehehe… Bentuk tanggung jawab kita dalam berkebun bisa dengan memilih tanaman yang tahan banting. Tanaman tahan banting maksudnya tuh tanaman yang minim banget perawatan, bahkan ada beberapa jenis tanaman yang nyaris ga perlu dirawat secara khusus tapi tetap tumbuh hijau sejahterta. Selain perawatan yang minim, tanaman tahunan bisa jadi pilihan dibanding yang musiman. Karena masa hidup tanaman tahunan relatif lama dibanding tanaman musiman yang harus diganti per berapa bulan sekali which is takes time buat nanam ulang. Dengan dua kriteria di atas kendala waktu, solved.

Kendala kedua yaitu keadaan lahan yang sempit. Sudah banyak artikel yang membahas berbagai macam cara untuk mengatasi kendala ini. Dari yang menggunakan metode-metode non tradisional sampai yang menggunakan peralatan  yang futuristik. Untuk artikel ini semuanya menggunakan metode tradisional yang pasti kamu sudah familiar, alias tanam di tanah biasa. Tanaman yang digunakan untuk meminimalisasi lahan adalah tanaman yang merambat dan tanaman gantung. Beberapa jenis dari mereka benar-benar die hard (susah mati, english ngawur hahaha) So, kendala lahan, solved.

setrong

Tanaman yang ditampilkan di artikel ini adalah tanaman yang dalam kehidupan nyata telah berhasil bertahan hidup bersama saya dalam satu semester. Since i’m not an expert di masalah botani ditambah level kemalasan yang luar biasa, hal tersebut adalah prestasi buat para tanaman, bukan prestasi saya. Hehehe… Jadi, sudah jaminan, jenis tanaman yang saya share dan trik menanamnya adalah yang layak untuk kamu ikuti ;) Kalau ada yang pernah menanam tanaman lain yang juga mudah perawatannya, feel free buat share pengalamannya di komen yaaakk!! Biar sayanya ikutan nanam juga, hihihi…

1. Markisa

Lahan nganggur yang lumayan gede di rumah adalah bagian carport. Berbekal rayuan yang diberi bumbu-bumbu memelas, akhirnya suami saya aka Tuan Besar mau membuatkan sejenis pergola. Pergola ini 100% bikinan suami saya loh *bangga*. Keputusan menanam markisa diambil karena sebelumnya di rumah tante, punya pengalaman nanam markisa dan cukup berhasil tanpa usaha yang besar.

Tumbuhnya cepat, tahan sampai beberapa tahun dan rajin berbuah. Asik kan, hehehe… Saya menanam markisa ini pada awal Januari dengan tinggi bibit awal kurang lebih 40cm. Beli bibit Rp 15.000,00 pas pulang kampung ke Pati, diangkut di bagasi mobil empet-empetan sama barang semalaman. Tapi dia baik-baik saja sampai Jakarta. Pada bulan April, tanaman tsb sudah punya batang-batang yang membentuk tumpun dan semak. Bulan Juni, saat pergola belum jadi (suami belum punya waktu) si hijau telah menjalar ke mana-mana, hingga akhirnya kami babat sampai tinggal seperempatnya. Setelah pergola jadi, kami ikat markisa ke para-para tersebut dan saat ini sudah seperti yang tampak di foto.

markisa 1

markisa 2

Critical Point: 1) Memilih jenis markisa yang sesuai dengan iklim rumah, karena beberapa jenis markisa hanya tumbuh di dataran tinggi. Awalnya saya memilih markisa kuning. Namun di mamang pedagang benih dapatnya giant markisa. Keduanya dapat tumbuh di iklim yang cukup panas khas dataran rendah. 2) Mengatur supaya batang merambat teratur. PR perawatannya hanya di satu point ini menurut saya. Tidak seperti buah anggur yang manut kalo disandarkan di para-para, batang markisa ini kadang ngeyel mencari sandaran hati nya sendiri. Dasar keras kepala. Tapi tenang saja, dengan ikatan tali, semua masalah bisa diselesaikan.

Update Desember 2017: Pohonnya kepotong batang utamanya, jadi hampir mati, tapi sepertinya dia akan bertahan. Soalnya muncul tunas-tunasnya lagi. Buset ni super tahan banting banget.

2. Sirih Gading

Jika menginginkan daun sirih gading besar-besar, tanamlah tanaman merambat ini di tanah. Saya sendiri tidak terlalu berharap dia tumbuh menjadi besar dan menuh-menuhin halaman 1,5x2m saya. Jadi saya tanam si tahan banting ini di dalam paralon sisa benerin atap. Beruntung rumah saya memiliki atap yang nanggung, sehingga sisa paralonnya banyak, hahaha. Rugi di suami, untung di istri, judulnya. Paralon tersebut saya lubangi (minta bantuan suami) dengan bor di bagian bawah kemudian dipaku saja memanjang di atas pagar. Jadi pot panjang deh. Tinggal isi dengan tanah, diamkan sampai kira-kira media siap, kemudian tanaam sirih gadingnya!!! Tanaman sirih gading tahan di bawah sinar matahari full. Jadi jangan kawatir, dia akan tetap hidup walaupun tinggal di atas pagar tanpa peneduh sama sekali.

heheheSaya lupa poto-potoin ni tanaman, hihihi…. Next saya update yaakkk….

Critical point: Pastikan lubang potnya lancar, sehingga drainase berjalan baik. Tergenang air akan mengakibatkan tanaman jadi kuning dan layu. Selama ada hujan, tanaman tidak perlu disiram sama sekali. Kalau tidak hujan, biasanya saya siram seminggu sekali, paling sering :P

3. Cincau

Sebenarnya yang pengen banget saya tanam adalah cincau rambat yang berbulu. Karena lebih cepat membentuk gel cincau ketika direndam air. Apa mau dikata dapatnya bibit cincau perdu. Kekecewaan saya, ternyata cepat terobati. Cincau perdu pun bisa dibuat merambat loh. Batang kayunya yang lunak mudah dibengkokkan dan dibentuk jadi nilai tambah tersendiri yang saya sukaaaaak.

tanaman cincau

Cincau tsb, saya rencanakan membentuk partisi tanaman gitu, sebagai pembatas pandangan ke arah jemuran. Can you imagine? Tuan Besar membuatkan para-para dari kawat secara vertikal. Lalu saya tanam bibit cincau di ujung para-para. Bibit cincau yang saya tanam adalah dari stek yang sudah berakar. Kemudian ketika batang cincau sudah cukup panjang, bengkokkan ke arah horizontal dan anyam melewati para-para yang telah dibuat. Pertumbuhannya cukup cepat loh. Dari yang awalnya 60cm dengan satu batang utama, setelah 7 bulan sudah jadi 4 batang utama dengan panjang batang masing-masing 1-2m. Kalo anyaman batangnya sudah rapat dan daun-daunnya memenuhi sela-sela ruang yang kosong pasti cantiiiiikkk… Belum lagi daunnya sendiri juga dapat dikonsumsi sebagai minuman yang sehat dan segar. Menang banyak kan.

cincau potong

Related Post: Cara Membuat Cincau Homemade

Oiya, saya beli bibitnya di mamang mamang penjual bibit seharga tidak lebih dari Rp 20.000,00. Untuk yang disekitar rumahnya tidak terdapat penjual bibit bisa beli online loh olshop-olshop terkemuka. Cuman emang jatuhnya jadi lebih mahal.

Critical point: Ga ada. Masalah yang saya temui hanya hama semut. Cincaunya fine-fine saja sepertinya dengan semut-semut tsb, cuma sayanya yang terganggu semut klo pas lagi nongkrong di situ. Hehehe… jadi saya tebari kapur semut merk Bag*s, dan semua masalah selesai.

4. Simbar Menjangan

Ini tanaman cakep banget menurut saya. Eksotis, tampan dan berkelas, hehehe… Dedengkotnya blogger homemaking si emak Martha Stewart aja pernah bahas khusus si cakep ini dan aplikasi tanaman ini buat ngehias rumah. Bikin saya makin terkintil kintil… Cuman waktu tau harganya di penjual tanaman hias di sekitar Bintaro saya balik kanan. Mehong boook…

Namun, tak lari gunung dikejar, kalau uda jodoh mah jodoh aja. Pas beli pupuk kandang di suatu kios, saya liat di pojokan pager ada gundukan simbar menjangan kering. Yang setelah saya tilik tilik masih ada banyak mata tunas simbar menjangannya yang masih segar. Saya tanya ke penjual pupuknya, katanya waktu itu kering karena khilaf ditaruh di tempat yang panas beberapa hari dan kelupaan disiram air. Jadi ceritanya lagi “perawatan penyembuhan” gitu dianya di pojokan pager yang sejuk. “Mau dijual ga mas?” saya tanya. Oke. Dan masnya pun melego seharga 70ribu untuk sekitar 6 mata tunas simbar menjangan junior. Gapapalah, Tuan Besar yang bayar ini. Hehehehe….

simbar menjangan

Kalau kamu-kamu mau nanam Simbar Menjangan, mending keliling2 sekitar rumah dulu sebelum cabut ke toko tanaman hias. Siapa tau ada tetangga sekitar yang punya tanaman simbar menjangan dewasa yang uda ada mata tunasnya yang siap dipropagasi. Siapa tau dapet gratisan. Hehehe… Rada OOT sih, beberapa bulan lalu ada kafe Bakoel K*ffie di Bintaro yang dekorasinya adalah simbar menjangan jumbo yang melambai lambai di pohon sekitar kafe. Mmmmm… sukaaaa banget. Namun ternyata, si kafe bubar jalan, pindah kayanya, dan tempatnya direnovasi. Coba kalo tau ya, pas dibongkar kan bisa ditungguin tu simbar menjangannya, kalo-kalo dihibahkan daripada dibuang… Siapa tau dapat rejeki nomplok (mental gratisan, hahaha).

Critical Point: Banyak yang bilang tanaman ini gampang-gampang susah. Kalau saya bilang ini mah gampang. Tapi dengan satu syarat. Lokasi tanamannya tepat. Tepatnya lokasinya teduh. No direct sunlight. Terserah, mau dibawah pohon, di pojokan pager, tempat yang kena bayangan atap atau bayangan apapun yang melindunginya dari terik sinar matahari. Sunblock ga berlaku. Dan kalaupun terkena sinar matahari, usahakan hanya yang pagi hari… yang masih hangat dan tidak menyengat. Kalau satu syarat ini terpenuhi, kelangsungan hidupnya terjamin. Buktinya selama ini saya tinggal aja, cuma sekali-sekali siram pakai air sisa nyuci beras, dianya anteng2 dan tampak bahagia. :)

Sementara ini yang bisa saya share, perkembangan tanaman akan saya update beberapa bulan lagi yaaak…

Feel free untuk ninggalin pengalaman/ saran/ request di komen yaaaakkk… Selamat berkebun :) Salam sayaaaanggg….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah