Tes Denver, Screening Tumbuh Kembang Anak

Tes Denver adalah salah satu screening perkembangan anak. Screening lain yang sering dipakai dan jamak digunakan adalah KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). KPSP ini biasanya ada di buku kesehatan ibu dan anak yang dibagikan di RS ketika lahiran ya buk ibuk….

Apa itu tumbuh dan apa itu perkembangan anak bisa dibaca lebih lanjut di artikel saya yang lain di link berikut: tumbuh kembang anak.

Saya membahas screening tumbuh kembang anak ini bukan karena saya ibu yang sakseis dan telah sempurna dalam menstimulasi anak. Tapi mungkin karena saya ibu yang banyak kesalahan makanya saya punya banyak hal untuk diceritakan. Hahaha…. Kalau orang lain share keberhasilan, saya mah share kegagalan melulu yak. Tapi, semoga up and down saya ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua yaaa….

tes denver tumbuh kebang anak

Pertama kali saya mengenal tes denver adalah ketika Neng Gaya usia 4 bulan. Saat itu, seperti biasa, saya ke klinik untuk imunisasi bulanan sekaligus cek perkembangan bayi saya. Nah salah satu tool yang dijadikan acuan untuk cek perkembangan adalah form tes denver.

Jangan dibayangkan tes denver itu serius banget ya kaya ujian saringan masuk perguruan tinggi. Tentu tidak. Malah tesnya kaya mainan aja. Dokter sama bayi saling berhadapan dan dokter mulai memainkan beberapa barang, kemudian melihat respon bayinya gimana. Udah gitu kira-kira. Saya rasa sebenarnya tes ini juga bisa kali ya dilakukan para orang tua di rumah masing-masing.

Related Post: Review Klinik Bintaro Women and Children Clinic

Nah di usia 4 bulan, harusnya tangan bayi sudah MULAI menggapai benda yang di gerakkan di hadapannya. Namun Gayatri tidak merespon sama sekali. Dokter bilang tidak usah kawatir karena ada rentang sampai dengan usia 6 bulan. Sebagian besar bayi pun baru menunjukkan tanda demikian di usia 5 bulanan.

Tapi sebagai ibu kan ada kekawatiran tersendiri dong. Hihihi…. maklum anak pertama kan yes. Lagipula saat benda yang dipegang dokter digerakkan di hadapan Neng Gaya, yang berespon bukan tangan melainkan kakinya. Apakah anak ini kidal? Tapi kidalnya bukan tukar kiri kanan, melainkan tangan ke kaki. Hahhhh…. masa bisa begitu??? Ya kira-kira pikiran saya seperti itu bunyinya. 😬

Lalu saya tanya mengapa kok bisa tidak merespon dan apa yang harus dilakukan ke depannya. Dokter menanyakan bagaimana biasanya di rumah apakah dia sudah disimulasi dengan cukup. Saya lalu cerita kalau di kamarnya ada mainan seperti ini:

A post shared by emanuella christianti (@nyonyamalas) on

Berdasar buku yang saya baca (((aseeekkk rajin baca))) kan ini stimulasi yang tepat untuk tangan anak. Melatihnya untuk melihat, tertarik dan menggapai-gapai. Tapi kata dokter, ternyata selama ini saya salah taruh gawang mainan tersebut. Alih-alih saya taruh di atas dada bayi, malah saya taruh di atas lutut. Pantesaaaaannn, pas di tes yang gerak bukan tangan malah kakiiiii. Karena dia terbiasa terstimulasi kakinya. 😅

Hedeeehhh…..

Jadi tes denver tu apa ya…

Semacam screening untuk melihat perkembangan bayi. Form Denver dikembangkan melalui penelitian atas berbagai kelompok usia dan menghasilkan suatu skala tentang presentase anak yang dapat melakukan suatu aktivitas/ perilaku tertentu. Skala ini digambarkan dengan “kotak perilaku” sebagai berikut:

kotak perilaku

Perhatikan kotak paling kiri atas yang bertuliskan MACAM TES. Di atas kotak terdapat keterangan Persentase anak yang lulus lalu ada tulisan lagi 25, 50, 75, 90. Hal ini menggambarkan persentase anak yang dapat melaksanakan perilaku saat dilakukan penelitian. Contohnya lihat di sisi kanan paling atas pada tes “MENYIAPKAN SEREAL”, jika ditarik ke atas kotak putih bermula di usia 3 tahun, berarti saat diteliti ada sekitar 25% anak yang mampu menyiapkan serealnya pada usia 3 tahun, sementara yang lainnya secara bertahap sampai usia 5 tahun (dimana kotak hijau berakhir). Jika di atas usia 5 tahun, anak kita belum dapat menyiapkan sereal, maka perlu menjadi perhatian khusus.

Saya lebih suka menyebut tes ini sebagai screening, alias deteksi dini. Karena diperlukan tes yang lebih lanjut untuk menentukan keterlambatan tumbuh kembang anak yang lebih spesifik. Walaupun demikian secreening ini banyak sekali lo manfaatnya, lagipula untuk melakuannya pun relatif mudah.

Manfaatnya Tes Denver kurang lebih sebagai berikut….

  1. Menilai dan memantau perkembangan anak apakah sesuai usianya atau tidak,
  2. Identifikasi perhatian orang tua tentang perkembangan anak,
  3. Sebagai salah satu antisipasi bagi orang tua jika terdapat tanda-tanda ketertinggalan,
  4. Berdasarkan hasil, orang tua dapat mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak.

Kira-kira formnya seperti ini….

Di sisi diagonal atas, ada angka-angka yang menggambarkan usia bayi dalam bulan. Di dalam form ada kotak-kotak yang berisi perilaku-perilaku yang letaknya berbeda-beda. Form-nya secara utuh sebagai berikut:

form denver

Bagaimana cara membacanya….

Buat garis tegak lurus dari titik usia yang ada di margin atas. Garis lurus tersebut menunjukkan posisi usia bayi. Di sekitar garis usia tersebut ada kotak-kotak perilaku. Perhatikan kotak perilaku yang terkena garis usia, atau yang dekat sekali dengan gars usia. Perhatikan apa saja perilaku-perilaku tersebut, lalu amati apakah bayi sudah bisa melakukan perilaku tersebut.

Jika perilaku yang ada di sebelah kanan garis usia sudah dapat dilakukan oleh bayi, maka selamat anak anda super sekali! Karena secara umum dapat melakukan perilaku sebelum rata-rata anak lain. Jika garis usia anak anak di kotak putih/ hijau dan anak berhasil melakukan perilaku yang tersebut berarti normal. Namun jika ada di kotak hijau dan anak masih menolak. gagal/ tidak teramati sehari-hari dapat melakukan hal tersebut maka perlu diberikan perhatian khusus.

Bukan selalu berarti anaknya “lambat” ya. Tidak perlulah penghakiman seperti demikian. Yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi lagi kegiatan anak sehari-hari. Jangan-jangan seperti yang saya lakukan tadi, memberikan stimulasi yang kurang tepat.

Intinya, Tes Denver bukan untuk membandingkan anak kita lebih dari anak lain atau engga, atau sebaliknya. Tumbuh kembang bukanlah arena motor sport yang tagline-nya “yang unggul selalu di depan”. Namun, seperti manfaat yang saya jabarkan di atas tadi, Tes Denver lebih bermanfaat sebagai masukan bagi orang tua untuk melakukan ikhtiar dengan cara yang tepat sesuai dengan perkembangan anaknya.

Lesson learn….

Sepulang dari klinik dua bulan lalu itu, ada dua hal yang terngiang-ngiang di kepala saya:

  1. Saya jadi ngeh kalau form denver ini bisa saya pakai sehari-hari. Ga perlu waktu khusus ke klinik, saya jadi bisa ngukur perkembangan anak juga secara mandiri. Kalau pas main eeeeh, kok tiba-tiba dia menunjukkan kemampuan terrtentu. Langsung aja tandain di form. Ini pentingnya buat ibu-ibu niiiihhh! BIAR GA BAPERAN, kalau ada yang komentar nylekit tentang perkembangan anak. Misal, “Kok belum ini kok belum itu, ini anak saya uda bisa sulap lhooh!”. Kita jadi lebih siap “menangkis” atau setidaknya menenangkan hati. Karena kan kita bisa cek rata-rata dan rentang waktu tumbuh kembang anak. Yeeeeee!!!! Tapi kalau ternyata komentarnya berdasar ya, kita juga harus membuka diri untuk memperbaiki stimulasi yang kita berikan kepada bayi kita. Toh ini juga demi kebaikan anak kita ya buuukkk….
  2. Saya jadi sadar kalau punya mainan tapi ga ngerti menggunakannya sama aja bohong. Hahaha…. jadi apa yang disasar malah meleset kaya kesalahan saya tadi. Selain itu, saya juga jadi makin kritis memilih mainan. Makin ngerti apa gunanya mainan, jadinya lebih cerdas aja pas beli. Cerdas = medit. O yeah #kekepindompet #mamakmedit. Kalau ada yang lebih tepat, kenapa juga harus milih yang mahal? Kalo sama aja manfaat mainannya? Iya kaaan? Hahaha, pembenaran. Bilang aja ga mampu Nyah…. Hihihi…. Beberapa stimulasi atau permainan yang saya terapkan ke anak bisa dilihat di akun IG saya @nyonyamalas berikut. Yukkk follow followw!

A post shared by emanuella christianti (@nyonyamalas) on

Oiya, mau mengingatkan juga kalau tulisan saya ini murni pengalaman pribadi, sehingga tidak dapat menggantikan pendapat dokter. Saya menyadari jika bahasan ini terlalu sederhana karena keterbatasan pemahaman saya. Namun, tetep, karena saya merasa hal ini bermanfaat bagi saya, maka saya ingin membagikannya. Bukan ingin menggurui loooh. Apalah saya ini, hanyalah remah-remah oreo di atas cheesecake. Ga penting sih, tapi bikin enak kaaaan? ;-* wkwkwkw.

Update info: Per Agustus 2018, Ikatan Dokter Anak Indonesia melaunching aplikasi Primaku. Aplikasi untuk memantau tidak hanya perkembangan melainkan juga pertumbuhan bayi. Jadi lengkap ada grafik berat badan, tinggi badan, jadwal imunisasi dan juga KPSP (untuk memantau perkembangan anak). Aplikasi ini gratis dan bisa didownload di handphone. Saya sudah menggunakannya mulai Januari 2019. Review saya bisa dibaca di Review Aplikasi Primaku IDAI.

Semoga sharing kali ini bermanfaat ya….. Jika ada yang berkenan memberikan masukan dan koreksi (terutama di istilah kesehatan), saya berterimakasih sekali! :)

Akhir kata, semangat selalu dan bergembiralah!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah