Nikah atau Kuliah? Realistis aja lah!

Nona: Nyahhhh, mending nikah dulu apa aku lanjut kuliah lagi?
Nyonyah: Uda ada calon?
Nona: Belooooom.
Nyonyah: Yauda kuliah lagi aja….
Nona: Kaga punya biaya buat kuliah.
Nyonyah: Carilah beasiswa kalau gitu.
Nona: TOEFLku kecil, lagipula aku malas kalo harus apply-apply beasiswa Nyaaah….
Nyonyah: *ngemilbatako* Trus maksudmu tanya tadi itu apaaaaaaa????

***

Get the point?

Kemarin saya baca status war, kalau saya nggak salah tangkap, tentang perempuan berpendidikan tinggi niscaya susah nyari suami. Cmiiw. E buset, jujurly speaking, ini tema emang familiar banget ya di kalangan perempuan setidaknya di sekitar saya. Tapi di kasus ini tu saya rada ikutan panas juga. Nyinyir banget soalnya yang komen. Ya, jangan gitu dong mas…. Mentang-mentang situ uda nikah walaupun S1 nggak kelar-kelar, bukan berarti situ boleh nyela orang yang uda kelar S3 tapi belum nikah-nikah…. Huft. Nyonya jadi ikutan pengen komen kan jadinya…. Hihihi. Tapi saya ga mau bahas tentang mas-masnya ah. Nanti makin femes. Nyonya mau bahas tentang pilihan antara nikah atau lanjut sekolah.

Kalau saya ditanya pertanyaan “Nikah dulu atau sekolah lagi?”. Jawaban saya sederhana: KALAU SAYA mana yang di depan mata, sikaaat!

Hehehe…. Saya percaya jalan hidup sudah ada yang atur ya. Dan jalan hidup kita beda-beda bok. Ada yang lurus, ada yang zig zag, ada yang naik turun, ada yang nikah dulu, ada yang sekolah lagi, ada yang nikah sambil sekolah lagi, tapi percayalah ga ada yang nikung ke jalan hidup temennya. Ga bakal tertukar. Jadi fokus aja sama hidup sendiri, ga perlu banyak benchmarking.

Dan kalau ngomongin jalan hidup, semua seolah misterius yak. Tapi saya yakin kalau ada tanda-tanda yang sudah diletakkan si Pengatur di sepanjang jalan hidup tersebut. Saya si nggak mau muluk-muluk ngomongin wangsit ya, atau pertanda-pertanda ajaib kaya diguyur ombak pas lamaran. Sederhana aja deh, kalau saya cenderung melihat tiga hal yang masih rasional di bawah ini.

1 . Kesempatan

Kadang pintu kesempatan satu tertutup, pintu kesempatan lain terbuka. Kadang semua pintu tertutup dan kita diminta menunggu. Ya sama saja menurut saya, nikah atau studi itu yo tergantung kesempatan…. Mana kesempatan yang terbuka itulah jalan hidup. Masa jalan hidup kita cuma nungguin pintu yang ga dibuka-buka….. Masa sih Tuhan sebercanda itu….

Nah kalau ngomongin jalan hidup saya, beberapa teman dekat mungkin tau kalau cita-cita saya adalah kuliah ke Amrik lalu nikah usia 27an lah. Tercapai nggak? Enggak. Boro-boro sempat lanjut kuliah, daftar juga kagak. Logo kampus impian yang dipasang di desktop komputer berganti dengan foto mas mas ganteng, yang wajahnya mirip dimas seto + bapaknya boboho. Saya nikah umur 25.

Why?

Alasannya sederhana banget sih, lha wong jodoh sudah di depan mata. Ngajak kawin eh nikah sejak umur 23. Sedangkan buat sekolah saya masih harus nunggu beasiswa, buat dapet beasiswa harus nunggu pangkat golongan tertentu karena saya abdi negara. Buat dapat pangkat dan golongan tertentu saya harus nunggu masa jabatan beberapa tahun lagi. Nunggu nunggu nunggu. Huft. Jadi yaudah, tarik massss…. nikah yuk.

“Tapi kan kesempatan itu harus dibuat Nyah? Bukan cuma ditunggu jatuh dari langit….”

Eh bener juga yak…. Coba kalau gitu kita ke pertanda berikutnya:

2 . Kemampuan

Yang perlu direnungkan saat galau memilih antara menikah atau lanjut sekolah adalah tentang kemampuan diri. Ngukur diri. Lebih mampu mana antara nikah atau sekolah? Karena masing-masing pilihan kan membawa konsekuensinya masing-masing. Mampukah kita menerima konsekuensi dari pilihan kita tersebut itu juga wajib jadi pertimbangan.

Melanjutkan pendidikan S2 atau S3 tentu butuh kemampuan akademis. Menikah juga merupakah hal yang besar. Memutuskan untuk memilih salah satu berdasarkan keinginan sesaat tanpa mempertimbangkan kemampuan, menurut saya, adalah tindakan yang tidak bertanggungjawab.

Apalagi jika pilihan itu membuat penundaan atas pilihan yang lain…. Iye kan? Bayangkan saja, memilih nikah, namun karena belum siap mental malah jadi penggerutu. Menyesal mulu. Kan kasihan pasangannya. Iye kan? Atau malah sebaliknya, sudah nunda nikah karena mau lanjut kuliah, eh setelah lanjut ternyata nggak lulus lulus…. Hmmm…. dikepret Mr. Snape nyaho lo….

Related post: Mempersiapkan Pernikahan

Pada prinsipnya, saya percaya kemampuan yang diberikan Tuhan juga merupakan salah satu pertanda jalan hidup yang dipetakan dalam diri kita. Ikuti tandaNya.

*Kemampuan di sini termasuk juga kemampuan untuk membuat kesempatan ya.

3 . Keinginan

Last but not least, adalah keinginan. Dengerin kata hati. Tapi jujurlah dengan hati kita sendiri. Saya percaya kata hati yang jujur adalah pertanda dari Tuhan juga. Iye kan? Kalau kesempatan sudah di depan mata, kemampuan juga sudah mumpuni. Tapi kita ga pengen kuliah. Ya masa dipaksa. Begitu juga sebaliknya.

Kisah suami saya, mungkin bisa mencerminkan pengambilan keputusan antara kuliah dengan menikah yang murni karena keinginan hati. Tuan Besar, berhenti kuliah S2 saat sedang cum laude cum laude-nya. Beliau dengan sadar menDOkan diri dan pindah Jakarta. Nggak nunggu uang banyak, nggak nunggu juga dukungan semua orang. Madep mantep kata orang Jawa, yuk berangkat.

Related Post: 12 Dokumen Persyaratan Pernikahan (Catatan Sipil)

Why?

Sederhana banget, karena dia sudah kepingin nikah. Yah, walaupun setiap ditanya kenapa, dia jawab muter-muter tentang urgensi bla bla bla lah serta prioritas lalala lah…. Namun, saya yakin alasan yang sesungguhnya tak lain dan tak bukan adalah karena dia uda pengen membina rumah tangga. Dengan saya *GR*. Sesederhana itu.

Trus dari mana kita bisa dengerin kata hati yang jujur. Ah elah, masa nyonyamalas yang unyu unyu ini harus ngomongin beginian. Take your silent time Bro and Sist, God will lead you…. I know you know what I mean ;*

nikah atau kuliah

Demikian pendapat saya tentang memilih antar nikah dan sekolah. Semuanya balik ke pilihan masing-masing individu. Yang penting Realistis aja laaaaaahhhh….

Temen bloger saya juga menulis tentang pengalamannya memilih antara Nikah dan Kuliah di usianya yang (menurut saya) masih muda banget. Simak pendapatnya di Kuliah atau Nikah: Dilema Milenials di Tengah Nyinyiran Orang.

Salam sayang…..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah