Nostalgia Bandung - Jakarta

Mungkin tidak banyak yang tahu ya, kalau perjalanan Bandung – Jakarta menyimpan beberapa cerita penting dalam hidup saya. Kebanyakan yang rada drama-drama gitu si. Kalau kejadian-kejadian tersebut terjadi di tahun 2019, mungkin uda nggak terlalu drama ya. Karena sekarang uda ada Travel Murah dari Cititrans via Traveloka.

Tapi dulu belum sepraktis sekarang.

Buat cari travel ke Jakarta tu ribet bener dah. Kudu nelpon kan. Mana kalau jadwal nggak cucok, ya kudu wara wiri telepon ke beberapa travel. Mau ke terminal, ngebus sendiri, kagak berani. Hahahaha…. Siapa yang ngalamin kaya gini juga?

Ngacuuung! Hayuk mari!

Disclaimer: Artikel ini hanya berisi curhatan semata. Saya cuma pengen bernostalgia. Hihihi….

Pindah Kampus

Cerita pertama adalah ketika baru lulus SMA. Saya diterima di perguruan tinggi harapan saya di Bandung. Tak di sangka-sangka, beberapa minggu kemudian, saya menerima kabar kalau diterima juga di STAN, perguruan tinggi kedinasan harapan para orang tua. Posisinya di Bintaro. Posisinya saat itu saya sudah di Bandung. Sudah ikut ospek pun.

Karena saya anak penurut, ya nurut saran orang tua buat pindah kampus.

Tapi berhubung rada nggak berselera pindah kampusnya, saya ntar sok ntar sok aja pindahannya ke Bintaro, kampus STAN. Ealaaah, gara-gara menunda-nunda ini, semua teman yang keterima di STAN uda pada cabut duluan. Tinggal saya, sorangan wae di Bandung.

Diwanti-wanti sama kakak senior buat naik travel, soalnya barang bawaan saya banyak. Uda beli segala perabot, rice cooker, dll dsb, karena ya nggak nyangka kan bakal pindah kampus. Jadilah saya naik travel, ke Bintaro.

Dari kampus lama, saya ke Dipati Ukur apa Pasteur gitu, naik taxi. Dari taxi barulah naik travel Cititrans. Perasaan uda campur aduk gitu deh. Melo melo sendiri, betraying mimpi dan cita-cita sedari sekolah. Dari teknik ke akuntansi. Astaga astaga….

Related Post: Keingintahuan

Perjalanan di travel mulus-mulus saja. Sampai kemudian, saya penumpang terakhir. Sudah berpesan kepada sopir untuk menurunkan saya di depan gerbang kampus STAN. Saya melamun. Mobil berhenti di depan kebun yang semak-semaknya tinggi menutupi pagar. Sempat terlirik ujung pandangan saya, ada kambing dan kubangan di sisi dalam gerbang. Saya masih melamun.

“Mbak, sudah sampai….”

“Oh iya, Pak.” Saya melangkahkan kaki keluar. Belum selesai sopir yang baik hati itu membantu menurunkan barang, saya bertanya, “Pak, ini nggak salah alamat ya? Kok saya diturunin di kebon?”

“Enggak, Mbak. Kampus STAN kan? Itu ada plangnya….”

Astaga-astaga. Bener Geeengs, ternyata itu kampus! Saya shock….

FYI, saat itu 2007, belum jamannya bu Sri Mulyani. Bu Sri masuk jadi Menkeu, langsung deh STAN direnovasi jadi cakep. Kalau kami-kami angkatan lama ini nostalgia, pasti deh cerita tentang betapa dulu kampus kami sering jadi arena angon kambing. Kayak kebon.

Skripsi oh Skripsi

Karena saya kuliah di STAN, maka lulus D3 saya langsung kerja di Kemenkeu penempatan Jakarta. Kerja sambil kuliah S1 gitu.

Udahlah di situ, saya kira hubungan saya dengan Bandung sudah END. Ternyata tidak. Saya sempat dinas luar di Bandung (bareng tim kantor) beberapa hari. Saat itu kebetulan saya sedang menyusun skripsi.

Dosen pembimbing saya telepon, dia mau ke luar kota lama. Mau ketemu sama saya untuk bimbingan terakhir, sebelum dia tinggal. OMG, eike di Bandung, cuy! Beliau di Depok.

Berhubung eike anggota yellow jacket yang rajin dan berdedikasi pada perkuliahan, maka saya iyakan. Saya cek jadwal kerjaan kantor, dan izin ke tim, saya bisa melipir siang hari menjelang sore.

Dengan jarak Bandung – Jakarta gini, moda transportasi pilihan pertama pasti tetap naik travel. Demi fleksibilitas waktu keberangkatan, dan ketepatan waktu sampai.

Related post: Pengalaman mudik naik bus.

Halo Travel Bandung – Jakarta! Long time no see ya kita! Maaf aku menghubungi hanya kalau butuh saja. Hahahaha….

Ngos-ngosan nyari travel. Masih pake prosedur telepon, Cyyyiinnnn! Nggak berbeda dengan jaman saya pindah kampus dulu. -.-” Mungkin karena saya nggak terbiasa saja ya, dengan sistem ini, nggak punya langganan travel juga, jadi dulu berasa ngeselin.

Tapi rasa kesal dengan cepat berganti rasa lega. Saat perjalanan mulus. Trayek yang sama, hanya perasaan yang berbeda. Dulu karena mau pindah kampus. Sekarang demi ngelarin skripsi lebih cepat. Ya, ada peningkatan si. Jadi walau kebat kebit karena ngejar waktu, rasanya tu tetap ada rasa tenang gitu.

Apa karena saya sudah beranjak dewasa?

#aseeek

Singkat cerita, urusan skripsi saya kelar. Dosen saya yang baru tahu saya PP Bandung-Jakarta, segera mengantar saya ke travel terdekat.

Perjalanan kembali dari Jakarta ke Bandung terasa lebih cepat. Saya sampai di tempat tim kerja menginap, sebelum tengah malam. Langsung istirahat, besoknya uda on lagi.

Saya merasa super. Terimakasih banyak Pak Sopir!

Saat meninggalkan Bandung, saya sempat ingat kalau saya (melamun lagi) flash back mengenang kisah-kisah ospek, kisah pindahan, kisah muter muter kota sama angkot Bandung, kisah nyari travel…. ahhh…. Nostalgia banget walaupun cuma dua bulan.

Saya rada mellow, ngerasa, ya kayanya uda nggak akan ngerasain lagi tu kebat kebit ngejar travel Jakarta – Bandung atau sebaliknya. Udah END beneran.

Good bye Travel! Terimakasih menemani saya dalam beberapa (literally) perjalanan penting di kehidupan saya. Walau hanya sebentar, sungguh besar jasamu.

Muah muah….

*

*

Time flies….

Beberapa tahun kemudian, “Mbak, aku keterima di Kedokteran Hewan, Unpad. Aku mau pindah kampus aja ke Bandung….” si Adik Bontot menelepon.

Hahahaha…. Ternyata, nggak jadi good bye kita, Travel Bandung – Jakartaaaaa!!!!! Tapi si Bontot beruntung sih, uda nggak akan ngalami ribetnya pesan tiket travel, karena sekarang mah tinggal klik klik doang di Traveloka.

Yah, time flies…. Jadi ingat umur…. Hahahaha….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah