Anakmu Sudah Bisa Anu Belum?

Pertanyaan yang sering sekali saya dapat. “Anakmu sudah bisa jalan belum?” “Anakmu sudah bisa ngomong belum?” “Anakmu sudah bisa anu belum?” “Ini itu belum?”

FullSizeRender

Hehehe…. #nooffense. Jujur saya jarang baper ya, karena toh selama ini Gayatri pun tumbuh kembangnya baik-baik saja. Walaupun ya namanya anak kan berbeda-beda timelinenya, kadang ada yang lebih cepat dibandingkan yang lain, atau lebih lambat. Selama masih dalam koridor normal, saya tetap tenang. Saya biasanya ngecek berdasar tes denver.

Tes perkembangan anak sendiri sebenarnya banyak, ada yang pakai KTSP, dll. Tes denver yang saya gunakan sendiri infonya tidak bisa mengukur ketertinggalan anak. Tentu saja, kalau mau mengukur ketertinggalan perkembangan anak tetap harus konsultasi dengan dokter ya. Namun kata dokter anak saya dan adik saya (yang fisioterapis) tes ini masih dapat digunakan sebagai screening awal. Dan saya juga menyukainya karena mudah digunakan.

Related post: Tes Denver.

Walaupun jarang baper, kadang saya berasa bingung menghadapi pertanyaan, “Anakmu sudah bisa anu belum?” ini. Paling salah tingkah jika pertanyaan tersebut ditanyakan di dalam kelompok dimana ada anak lain selain Gayatri. Walaupun jujur saya bangga pada sekecil apapun perkembangan anak saya. Bukan sombong ya. Tapi saya tetap tidak suka membanding-bandingkan perkembangan anak.

Saya jawab nanti ibu lain baper.

Saya nggak jawab tar dikira saya yang baper.

Rikuh. Serba salah. Tiap anak kan punya milestonenya sendiri. Bandinginnya ya sama milestonenya sendiri dari hari ke hari, bukan sama anak orang lain. Jadi sebisa mungkin saya menghindari kemungkinan membahas hal demikian.

hehehe

Ada yang perkembangan anaknya itu jalan duluan dibanding yang lain. Ada yang ngomongnya duluan. Ada yang emang dua-duanya duluan. Ya terserah Tuhan yang kasih perkembangan anak lah. Membanding-bandingkan perkembangan anak hanya akan menuju hal-hal yang lebih banyak mudaratnya. Entah kesedihan bagi si Ibu, atau malah kesombongan.

Padahal, siapa kita coba (sebagai ibu) patut untuk sombong atau sedih atas pertumbuhan anak yang dikaruniakan pada kita?

Bagian kita tuh, berusaha. Ikhtiar.

Dan berdoa.

Uda.

Okeeeee…. Saya maklum juga, kadang pertanyaan seperti ini dilakukan untuk memecah kebekuan. Untuk memancing pembicaraan. Tapi plis sebisa mungkin lakukanlah saat tidak dalam kumpulan anak-anak. Untuk menghindari saling membandingkan perkembangan anak masing-masing.

Saya akan seneng banget kok, kalau ditanyain dalam rangka buat diskusi. Diskusi tentang stimulasi yang dilakukan. Gimana kalau uda begini. Atau begitu. Saya juga suka kalau dikasih informasi dan masukan yang berimbang. Jadi fokusnya di “yuk, kita mau ngapain”. Proses. Dan lebih positif gitu vibenya. Dibandingkan pertanyaan yang ujungnya ditimpali dengan, “Oh, anakkmu begitu, kalau anakku….”

Gitu aja sik. Hehehe….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review Shampo Zwitsal Natural, Shampo Bebas SLS dan Paraben yang Super Affordable

Review dan Pricelist/ Harga Mom n Jo Bintaro