Mengubah Resolusi Tahunan Menjadi Langkah Aksi, Seri 2 #ResolutionsThatWork
Artikel Mengubah Resolusi Tahunan Menjadi Langkah Aksi ini adalah seri 2 dari seri #ResolutionsThatWork. Seri 1 nya yaitu Cara Menyusun Resolusi Tahunan dengan Mind Map dapat di klik di post sebelumnya atau di tautan Mind Map ini ya…. Oke, cus ke seri 2 nyaaa :)
Resolusi awal tahun 2016 saya dan suami di awal pernikahan kami adalah bebas utang. Saat itu kami memang sedang banyak-banyaknya utang. Kalau ditanya utang apa, utang usaha yang harus suami tutup karena pindah ke Jakarta. Jumlahnya lumayan gede di mata kami saat itu, sehingga kami pun memuuskan untuk menikah juga tidak pakai acara macam-macam. Demi pengiritan guna bayar utang tersebut. Ngirit boookkkk….
Apakah resolusi kami itu tercapai? Thanks to God, nyaris. (((NYARIS))) Hehehehe….
Tinggal sedikit kami bisa melunasi utang tersebut. Besarnya kurang lebih tinggal 10% dari besar total utang yang di awal tahun kami targetkan untuk dilunasi.Walaupun masih ada 10% yang tersisa, namun saya bersyukur dan bangga dengan pencapaian tersebut. Saya tahu persis, 10% tersebut tidak tercapai karena di tahun 2016 bukan karena kami lalai. Namun, kami mengalami beberapa musibah. Pertama, saya kecelakaan sehingga harus operasi, kemudian kehamilan pertama saya mengalami keguguran serta juga rumah kami dibobol maling. Kalau ditotal-total, sebenarnya bisa untuk bayar utang lunas. Tapi kalau dipikir realistis, hal-hal tersebut memang tidak dapat dihindari dan kami terima sebagai pembelajaran juga.
Berkaca dari pengalaman tadi, kami benar-benar makin menyadari kalau resolusi awal tahun disertai dengan perencanaan yang baik walaupun tidak menjamin keberhasilan dengan sempurna, tetap akan mendekatkan kita pada tujuan yang telah disepakati bersama. Saya membayangkan jika tidak dari awal menetapkan resolusi, mungkin saat ini tidak banyak utang yang dapat kami bayar. Tanpa resolusi di awal tahun, mungkin cara mengatur keuangan kami akan sangat berbeda dengan yang kami lakukan di tahun ini sehingga musibah yang datang belum tentu dapat kami atasi dengan baik.
Hihihi…. Panjang amat ya saya curhat colongannya. Oke. Selain masalah utang atau masalah keuangan, pasti adakan ya resolusi-resolusi lain yang ingin dicapai 2017. Nyonya punya beberapa tips nih, tentang bagaimana mem-breakdown resolusi tahunan menjadi langkah-langkah aksi yang memudahkan kita untuk mencapai resolusi kita di tahun yang baru ini. Tips ini sebenarnya terinpirasi dari materi Management by Objective yang Nyonya dapat pas kuliah dulu. Hihihihi, tapi tenang, walau terinspirasi dari materi kuliah, prinsip-prinsipnya sebenarnya pasti sudah familiar kok dan bisa diterapkan dengan kehidupan sehari-hari kita….
Langkah 1. Mengubah Resolusi Menjadi SMART Goals
Biar ga dibilang plagiat, hihihi, saya harus nyebutin sumber kan yak. Cuma Nyonya lupa ni buku mana yang ada SMART Goal-nya, cuma inget (uda ricek ke simbah Google) kalau yang mencetuskan si SMART Goal ini adalah simbah Peter Drucker. Setiap huruf pada S-M-A-R-T ini merupakan singkatan dari kriteria-kriteria atau indikator penentuan tujuan yang baik, sebagai berikut:
1. Specific
Spesifik artinya jelas apanya yang mau dicapai.
Misalnya dari cerita saya di atas, Resolusi 2016: Bebas utang. Utang yang mana??? Utang yang eni apa utang yang ono. Better dispesifikkan menjadi Utang Usaha ke A, ke B, ke C. Jika Nyonya sudah baca artikel seri 1 di cotoh aspek keuangan yang mau dijadikan resolusi kan ada utang juga. Dalam contoh tersebut di buat ada utang ke orang tua, utang ke bank dan utang ke teman. Sebaiknya ketika kita membuat resolusi, dibuat sespesifik mungkin. Misalnya saja tahun 2017 ingin membayar utang lunas ke teman. Atau bisa juga 50% lunas utang ke teman, 50% lunas utang ke orang tua dan 100% lunas utang ke bank. Mengapa perincian ini penting, karena akan menentukan step pembuatan tujuan yang berikutnya.
Gambar 1. Mindmapping Resolusi Berdasarkan Aspek Kehidupan
Contoh lainnya, misal Resolusi 2017: Mendekatkan diri kepada Tuhan. Nhaaaa…. sering kan mendapat share2an di timeline Facebook resolusi yang mirip-mirip seperti ini. Resolusi yang seperti ini saya bilang kurang spesifik ya. Walaupun memang mendekatkan diri kepada Tuhan itu sangat relatif, tapi marilah dalam konteks pembuatan resolusi dibuat lebih spesifik. Misalnya diganti dengan: “Lebih rajin beribadah.” Ibadah yang mana? “Lebih rajin shalat 5 waktu”. Misalnya demikian.
2. Measurable
Kriteria tujuan yang baik adalah dapat diukur secara kuantitas.
Untuk resolusi-resolusi yang sifatnya abstrak seperti contoh “Mendekatan diri kepada Tuhan” tadi memang mau tidak mau kita harus membuat resolusi yang sifatnya proxy atau turunan dari resolusi ini agar dapat diukur. Soalnya kedekatan diri kepada Tuhan siapa juga kan ya yang dapat mengukur secara kuantitas. Karena sifatnya proxy, kualitasnya ya memang bisa jadi belum pasti menggambarkan ketercapaian resolusi exact-nya ya. Nah, menggunakan contoh resolusi yang telah dibuat di poin 1 tadi: “Mendekatkan diri kepada Tuhan” menjadi “Lebih rajin shalat 5 waktu”, indikator kuantitasnya adalah: “Rajin shalat 5 waktu tanpa bolong”. Misalnya demikian. Bagi saya yang Kristen Protestan bisa menyesuaikan dengan cara ibadah yang lain.
Untuk contoh utang tentu lebih mudah ya, karena memang secara hakiki bentuk utang telah dapat dihitung kuantitasnya yaitu dengan nominal uang. Kita tinggal jumlahkan saja berapa rupiah hutang yang ingin kita bayar di tahun berjalan.
3. Ambitious but Attainable
Kriteria atau indikator yang lain adalah ambitious but attainable, artinya tujuan harus cukup ambisius untuk dapat memotvasi kita lebih maju namun tetap dalam koridor dapat dicapai.
Gambar 2. Mindmapping Resolusi Berdasarkan Peran
Misalkan saja pada contoh gambar di bawah ini, saya membuat resolusi sebagai blogger (contoh) sebagai berikut:
- Follower Twitter dan IG menjadi 3.000 follower di tahun 2017, sebelumnya: 1.600
- Pageviews harian menjadi 400 views, sebelumnya: 200 views/ hari
- Artikel 6 buah per bulannya, sebelumnya 4 artikel/ bulan
Tujuan/ target di atas menurut saya cukup ambisius karena jumlah peningkatan yang lebih tinggi dari pencapaian tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut cukup menantang dan memotivasi untuk melangkah lebih maju lagi. Namun, tujuan tersebut juga masih attainable karena membandingkan dengan kondisi yang telah dicapai sebelumnya, peningkatan yang ditargetkan tidak terlalu jauh. Tentu saja hal ini relatif untuk masing-masing orang ya….. Sekali lagi ilustrasi ini hanyalah contoh :).
4. Realistic
Sebuah tujuan bisa dibilang realistis apabila kita memiliki sumber daya untuk mencapainya.
Contohnya begini: di Gambar 1. Mindmapping Resolusi Berdasarkan Aspek Kehidupan di atas, terdapat resolusi naik haji. Resolusi ini akan menjadi realistis apabila teman-teman memang udah terdaftar sebagai calon haji. Jika mendaftar saja belum, bisa dibilang resolusi ini adalah resolusi yang tidak realistis. Untuk menjadikannya realistis, resolusi tersebut bisa “diturunkan” menjadi “Mendaftar Naik Haji”.
Contoh lainnya: di Gambar 1. Mindmapping Resolusi Berdasarkan Aspek Kehidupan di atas, terdapat resolusi membeli rumah. Resolusi ini akan menjadi realistis apabila target rumah yang diinginkan adalah yang sesuai dengan penghasilan. Misalkan penghasilan 10 juta, menginginkan rumah 10 milyar, hal tersebut tentu tidak realistis, kecuali mendapatkan sumber pendapatan lain seperti halnya warisan, undian atau hibah. Namun, dalam menentukan tujuan sebaiknya tidak memasukkan sumber daya yang tidak pasti seperti hal-hal tersebut. Langkah yang bisa diambil adalah melakukan penyesuaian rumah yang diinginkan.
5. Time-related
Tujuan harus punya dead lineeeee…. Atau kapan tanggal harus dipeuhi. Supaya ga jadi resolusi selama-lamanya. Hihihihi…. Kriteria ini sepertinya tidk perlu dijelaskan berpanjang-panjang ya…. Kita semua pasti sudah familiar banget banget sama yang namanya deadline. Apalagi yang deadliner??? Mana hayooo, ngakuuuuu!!!!
Langkah 2. Mengubah SMART Goals Menjadi Langkah Aksi
Jika resolusi tahunan yang dibuat (menggunakan mindmap kemarin) sudah menjadi tujuan-tujuan yang memenuhi kriteria SMART Goal di atas, kini saatnya kita membreakdown-nya menjadi Langkah Aksi yeeee!!!!
- Saat membuat SMART Goals pasti terlintas dalam benak kita bagaimana merealisasikan tujuan-tujuan yang disusun tersebut. Untuk memudahkan pekerjaan otak kita, bisa juga loh kita tuliskan kembali SMART Goals kita tersebut di selembar kertas.
- Kemudian masing-masing SMART Goals kita pikirkan cara-cara untuk mencapainya. Kalau belum kepikiran, kita bisa bertanya kepada simbah Google. Misalnya saja googling keyword: Cara Menambah Follower Instagram.
- Terakhir, buat target triwulanan sebagai berikut. Tabel ini kan bermanfaat bagi kita untuk melakukan evaluasi secara berkala. Dalam contoh saya buat per tiga bulan sekali (TW= Triwulanan, TW 1= Januari – Maret, TW 2= April – Juni, TW 3= Juli – September, TW 4= Oktober – Desember)
Jika teman-teman tiba-tiba di tengah tahun kepikiran nambah resolusi ga masalah juga untuk menambahkannya di tengah tahun. Feel free saja, jangan terlalu saklek. Yang namanya tools adalah alat bantu, kalau dirasa membuat makin pusing, ya kita cari cara yang lebih praktis. :)
Sekian seri 2 #ResolutionsThatWork ! Semoga bermanfaat yaaaa…. Jika ada masukan, please tinggalin di komen yakkkk…. Thank you for reading! Hope you enjoy it and share it to others!
Komentar
Posting Komentar