Mengajari Anak Makan Sendiri Sejak Dini

Memiliki dua anak dengan jeda usia hampir 4 tahun, menurut Saya, cukup memudahkan Saya untuk mengatur rutinitas harian. Hal ini terutama karena si kakak sudah mulai bisa mandiri dan diajak kerjasama. Salah satunya adalah dengan mengajari anak makan sendiri.

Anak pertama Saya sebenarnya sudah terbiasa untuk makan dengan tangannya sendiri sejak dini. Kami memperkenalkan finger food sejak masih MPASI, disamping tetap menyuapinya dengan bubur bayi. 

Kemudian ketika dia masuk daycare, daycarenya pun cukup disiplin untuk masalah kemandirian anak. Termasuk untuk masalah makan ini, anak dibiasakan untuk makan dengan tertib dan juga belajar makan sendiri. 

Tapi…. Ngaku dosa dulu deh Saya. 

Kebiasaan baik di atas, sempat agak berantakan malah ketika Saya ambil cuti dan jadi ibu rumah tangga. Wkwkwk, ironis ya. Pas ditungguin ibunya, malah kemandirian anakku mengalami “kemunduran”.

Yha, gimana…. Soalnya kadang kan pengen cepet selesai aja tu, jadi ambil jalan pintas “suapin aja”. Soalnya kalau kelamaan, jadinya nggak habis, kawatir kurang gizi kan.

Lagipula kalau makan sendiri tu jadi berantakan kaaan…. Nasi bakal berceceran di bawah meja. Belum lagi kalau makanannya berkuah. Lantai bakalan basah dan lengket. 

Belum lagi kalau menunya seafood, O eM Ge, amisnyaaaa nempel di baju anak. Huhuhu….

Belum lagi ni ya yang krusial, kalau ada makanan jatuh ke lantai, lalu di ambil sama anak lalu diemploooook!!!! Duh, Gusti, hamba kan kawatir bakalan diare.

Feeling related? Berpelukan duluuuuu kita! Hahaha…. 

Tapi akhirnya Saya berdamai dengan hal-hal di atas. Tepatnya pas mulai hamil. 

Pemikiran Saya sederhana, pengennya kalau adik lahir, si Kakak uda bisa makan sendiri. Jadi dia nggak akan terbengkalai makannya karena nungguin Saya ngurusin adiknya. Misalnya adiknya sedang rewel pun, dia bisa makan sendiri gitu. 

Nah berikut adalah tips mengajari anak makan sendiri ala Saya.

Mengajari Anak Makan Sendiri

1 . Porsinya jangan terlalu banyak. 

Apalagi untuk balita yang motorik halusnya masih dalam perkembangan. Proses menyuapkan makanan dari piring lalu masuk ke mulutnya saja merupakan hal yang kompleks, karena melibatkan koordinasi mata, pergelangan tangan, jari dan juga mulut. Bisa jadi hal tersebut adalah hal yang sulit dan juga melelahkan bagi anak. 

Hal ini Saya amati pernah terjadi di anak Saya. Kadang kala, anak Saya berhenti makan sebelum makanan habis, bukan karena sudah kenyang. Tapi karena lelah. Bahkan kadang belum juga mulai, dia merasa overwhelmed. 

Oleh karena itu, bisa dicoba di awal dengan separuh porsi makannya, separuhnya kemudian ditambahkan kemudian setelah selesai. Kadang Saya juga menyuapi porsi keduanya. Gapapa, nanti lama kelamaan, seiring kemampuannya terlatih, anak akan bisa makan dengan porsi yang full. 

2 . Beri potongan yang mudah terlebih dahulu. 

Hal ini juga berdasar pengamatan saja ya Bu Ibu, kalau Saya taruh potongan ayam dibandingkan dengan suiran ayam, anak Saya akan lebih excited dan lebih cepat makan dalam bentuk suiran. 

Makes sense sih. 

Demikian juga kalau Saya bentuk nasinya dalam bentuk bulatan kecil atau potongan sushi kecil juga akan memudahkan anak belajar menyendok. Paling mudah sebenarnya adalah sereal, namun sereal jarang jadi menu kami, jadi Saya sesuai kan dengan kebiasaan di rumah. Hal ini, saya rasa bisa jadi permulaan yang baik. 

Kalau lagi iseng dan selow, kadang saya hiasin juga wkwkwkwk…. yah, variasi biar anak seneng aja si….

3 . Tertib makan di meja. 

Kami juga membiasakan anak makan di tempatnya sendiri. Tidak makan dengan digendong atau jalan-jalan. Dengan demikian, anak juga lebih mudah untuk menggapai makanannya sendiri dalam piring, dan familiar dengan alat makan. 

Bagaimana kalau ga punya meja makan?

Sejujurnya kami juga ga punya meja makan hehehe. Jadi makannya sempat di meja lipat gitu. Lalu kemudian kebetulan dikado highchair yang bisa dipisah meja dan kursinya, jadi kami pakai itu dari dia MPASI sampai sekarang umur 4 tahun.

4 . Pakai alat makan yang sesuai usia. 

Dulu, saya pernah bertanya kepada anak Saya, kenapa kok lebih suka pakai tangan daripada sendok makan, tapi kalau pakai sumpit malah mau. Alasan yang diberikannya adalah, karena kalau pakai sendok makan (ukuran dewasa) nasinya kebanyakan, jadi susah masuk mulut. 

Masalah ini selesai begitu saja saat Saya mengganti sendok nya dengan ukuran yang lebih kecil. 

5 . Ciptakan suasana menyenangkan. 

Poin ini adalah poin yang paling sulit buat Saya. To be honest. Soalnya kadang gatel banget rasanya melihat anak makannya lama atau berantakan.

Tapi kalau Saya menginterupsinya atau malah marah-marah, ya makin males makan sendiri anaknya. Jadi ya exhale inhale, sambil tetap ditemani. 

anak makan sendiri

6 . Jadwalkan anak makan sendiri dengan teratur. 

Ini adalah poin kunci, termasuk juga untuk mengatasi masalah GTM. Tips ini Saya dapat dari dokter anak Saya sekaligus juga Saya dapatkan saat training Montessori at Home. 

Anak sangat sensitif dengan keteraturan. Jadwal yang teratur membuat anak siap dan juga sudah lapar saat waktu makan. 

7 . Siapkan lap serta pembersih lantai atau spray pembersih multifungsi yang mengandung antibakteri.

Lap dan pembersih ini digunakan sebelum makan dan sesudah makan ya. Sebelum makan untuk mendisinfeksi meja dan lantai, sehingga Ibu bisa less worry kalau anak memungut makanan yang jatuh. Setelah makan, agar meja dan lantai kembali bersih dan tidak lengket. 

Ingat untuk tidak lap lap saat anak makan ya, supaya anak tidak terdistraksi konsentrasinya. 

Saya pakai produk pembersihnya dari Mama’s Choice sebagaimana di foto ya. Produk ini mengandung antibakteri dan sekaligus juga food grade, jadi aman (tidak mengontaminasi makanan dengan bahan kimia berbahaya). Untuk yang muslim, produk ini juga sudah mendapat sertifikasi halal dari MUI.

Produk itu memang masih jarang di minimarket, tapi sudah bisa dibeli secara online. Beli aja di mamaschoice.id pakai voucher MAMAELLA buat dapat potongan harga 25k minimal pembelian 90k. 

Related post: Review Mama’s Choice Baby Multi-Purpose Cleaner

Perlu diingat kalau proses mengajari anak makan sendiri itu tidak instan. Perlu kesabaran dan juga perlu konsistensi dari orang tua. Saya pun masih terus berusaha agar tetap konsisten agar anak pun lebih mandiri di masa mendatang. 

Semoga sharing kali ini bermanfaat ya! Semangaaatt!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah