Usia Masuk SD

Permendikbud 51 Tahun 2018 tentang PPDB telah diubah dengan Permendikbud 20 Tahun 2019 tentang Perubahan Permendikbud 51 Tahun 2018 tentang PPDB, namun persyaratan usia masuk SD masih mengacu pada Permendikbud 51 pasal 7 yang berbunyi:

  1. Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD berusia:
    1. 7 (tujuh) tahun; atau
    2. paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan.
  2. Sekolah wajib menerima peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun.
  3. Pengecualian syarat usia paling rendah 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan yang diperuntukkan bagi calon peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional.
  4. Dalam hal psikolog profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak tersedia, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru Sekolah.

Bagi Anak Kami, (so far) Tidak Urgent

Kalau untuk Gayatri, anak saya sendiri (sekarang masih 3 tahun kurang), saya tidak terlalu kawatir memikirkan dia mau masuk SD sebelum umur 7 tahun atau sesudah umur 7 tahun. Tidak ada urgensi gitu menurut saya, untuk memasukkannya ke SD di usia lebih muda dari anjuran pemerintah di atas.

Tapi saya sendiri tidak anti kalau nanti ternyata dia mau sekolah atau kondisi keluarga kami mengalami perubahan.

Pengalaman Usia Masuk SD di Masa Lalu

Toh, saya juga pengalaman sekolah di usia yang muda. Jaman dulu, karena kedua orang tua saya bekerja, jadi saya diasuh oleh pengasuh. Kebetulan, rumah kami dekat dengan SD Negeri. Setiap pagi, saya ikutan nongkrong di pagar sekolah tersebut, dan tidak mau pulang. Di mata saya kecil, sekolah ya tidak ada bedanya dengan tempat bermain baru. Karena itu, saya dimasukkan ke TK, kalau tidak salah umur saya belum genap 4 tahun.

Karena bongsor dan bisa mengikuti dengan baik, saya naik kelas tiap tahun dan lulus TK usia 6 kurang sedikit. Masuklah saya SD. Bahasanya si dititipin. Tapi ya lancar juga, maju terus sampai mau lulus SD. Waktu itu umur tidak jadi masalah ya, wong saya baru ketahuan kemudaan saat kelas 6, ketika mengumpulkan akte lahir untuk administrasi ijazah. Hihihi….

Kondisi Masa Kini: Beban Akademis

TAPI, yaaaaa, saya mengakui tuntutan sekolah jaman dulu kan tidak berat ya. Apalagi di desa. Jadi kalau masalah tekanan akademis, saya tidak pernah mengalami. Untuk masalah kedewasaan, mungkin memang ada bedanya ya.

Saya sendiri pernah membicarakan tentang usia masuk sekolah ini dengan psikolog keluarga dari Fakultas Psikologi Unair. Beliau sendiri berpendapat, memasukkan anak untuk bersekolah, faktor utama yang harus dipertimbangkan adalah faktor anaknya sendiri. Orang tua harus melihat, apakah anaknya memang membutuhkan sekolah di usia tersebut.

Untuk memudahkan pertimbangan, pertanyaan terkait yang patut diajukan kepada diri orang tua adalah “WHY?”

“Mengapa Anak Disekolahkan? Apa Tujuannya?”

Apakah karena anak memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa seperti yang disebutkan pada Permendikbud 51 Tahun 2018 tentang PPDB? Atau karena alasan lainnya?

Cari Sekolah yang Berimbang

Jika memang alasannya adalah kebutuhan anak, maka carilah sekolah yang memang sesuai dengan kebutuhan tersebut. TANPA mengorbankan kebutuhannya yang lain seperti istirahat dan juga bermain di usianya yang masih sangat muda.

Ingat, beban akademi anak SD jaman sekarang, apalagi SD konvensional saya rasa berat ya. Lebih berat dari jaman saya dulu. Namun saya yakin, pasti banyak sekolah yang memiliki keunikan kurikulum demikian. Ya, walau memang, orang tua harus merogoh kocek lebih dalam ya…. Karena kebanyakan memang sekolah swasta.

Saya juga sering diskusi tentang tema usia sekolah ini dengan Girly Saputri. Teman sesama ibu. Ada poin bagus darinya yang menurut saya penting: siapkan kondisi anak terlebih dahulu, sehingga bisa smooth ketika masuk SD. Pendapatanya lebih lengkap bisa dibaca di artikel ini: Usia Ideal Masuk Sekolah Dasar.

Kalau alasannya ternyata adalah kebutuhan orang tua, misal karena orang tua keduanya bekerja, maka coba digali lebih lanjut apakah ada opsi-opsi lainnya yang bisa dipertimbangkan.

Related Post: Tips Memilih Daycare

Minta Masukan dari Profesional

Kalau memang dirasa, orang tua secara pribadi sulit untuk menjadi obyektif, minta masukan kepada psikolog atau ahli pendidikan, seperti yang kami jalani, sepertinya adalah keputusan yang bijak. Selain untuk mempertajam keputusan yang diambil, orang tua juga bisa sekaligus mendiskusikan rekomendasi sebagaimana Permendikbud 51 pasal 7 ayat 3 bagian akhir.

So, untuk merangkum artikel kali ini saya ingin menggaris bawahi beberapa hal:

  1. Pendidikan bukan tentang dulu-duluan start. Secara umum, tidak ada urgensi untuk memulai sekolah dasar lebih muda.
  2. Observasi kebutuhan anak dan keluarga, dan jika memang dibutuhkan sekolah, cari sekolah yang memenuhi kebutuhan tersebut tanpa menciderai kebutuhan anak yang lain seperti istirahat dan bermain.
  3. Observasi kesiapan psikis anak.
  4. Persiapkan dana apabila memang memutuskan untuk mencari sekolah yang ideal seperti di poin 2.
  5. Konsultasikan dengan psikolog profesional atau ahli pendidikan lebih lanjut terutama terkait dengan kesiapan psikis dan potensi yang dimiliki anak.

Demikian pendapat saya sementara ini. Sebagai orang awam pendapatt saya sangat sederhana kan ya…. Hehehe, tidak terlalu njlimet karena pada prinsipnya, IMHO, pendidikan anak adalah tentang anak. Jadi sebelum kita dipusingkan dengan berbagai pendapat orang lain dan teori-teori tentang usia masuk SD, first thing first, observasi dulu anak kita.

Semoga sharing kali ini ada manfaatnya. Terimakasih, sudah membaca! Salam sayang!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah