Mas Mendikbud, Semangaat!

Saat Pak Nadiem Makarim diperkenalkan oleh Presiden sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, ada rasa excited tapi juga sekaligus merasa aneh. Saya rasa pasti banyak orang tua juga merasakan hal yang sama. Campuran antara berharap tapi juga sekaligus sedikit keraguan.

Harapan cukup tinggi, karena dari beberapa statement Beliau, saya menyimpulkan bahwa isu tentang human capital memang sudah menjadi kegelisahan Beliau. Ada dua sesi sharing, dimana Beliau menjadi narasumber yang membuat saya menyimpulkan demikian.

1 . Ceramah Hari Oeang

Saya pernah mendengar ceramah beliau di Perayaan Hari Oeang Kementerian Keuangan. Saat itu, Beliau dalam kapasitasnya sebagai pimpinan Gojek sharing tentang “apa yang akan terjadi di masa depan”.

Ketika sharing, Beliau memulai dari kisah Gojek, namun uniknya Beliau kemudian mengaitkannya dengan industri digital secara makro. Kemudian menutupnya dengan bagaimana Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia menyambut masa depan untuk menghadapi era Revolusi Industri 4.0*.

Pada sesi penutup tersebut, Beliau menyampaikan ada beberapa bahasa yang perlu dikuasai oleh generasi muda.

1 . Bahasa Inggris sebagai bahasa untuk mencari pengetahuan global.

2 . Bahasa Pemrograman

3 . Bahasa Data (Statistik) untuk memahami fenomena dan fakta serta berpikir kritis.

4 . Bahasa Psikologi

Materi lengkapnya dapat dilihat di YouTube BPPK TV pada jam ke 1:26 pada link berikut:

Global Industry Vision 2025

Ceramah di atas terjadi saat perayaan hari Oeang ke 71, atau kurang lebih di Oktober 2017. Dua tahun yang lalu. Saya ingin mengaitkan apa yang disampaikan pak Nadiem tentang apa yang perlu dipersiapkan generasi muda menyambut masa depan dengan 10 Megatrends 2025 Global Industry Vision yang diprediksi oleh Huawei.

8 Agustus 2019 di Shenzhen, China, Huawei menyampaikan prediksinya dalam Global Industry Vision 2025. Ada 10 megatrend diperkirakan akan terjadi. Berikut adalah penjabaran sekaligus contoh-contohnya:

  1. Robotika dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Super Sight. Penerapan teknologi 5G, Virtual Reality (VR)/ Augmented Reality (AR) dalam kehidupan sehari-hari seolah menjadi perpanjangan mata manusia.
  3. Zero Search. Mode pencarian di masa depan tak lagi membutuhkan tombol karena karena perangkat teknologi berbasis data yang dilengkapi dengan sensor, mampu mengantisipasi setiap kebutuhan manusia.
  4. Sistem Transportasi Cerdas.
  5. Tenaga kerja akan bekerjasama dengan robot, terutama untuk njangkau area-area yang membutuhkan presisi tinggi, sarat bahaya, dll. GIV memprediksi sebanyak 103 robot akan mendampingi 10.000 pekerja di tiap-tiap industri.
  6. Augmented Creativity. Cloud dengan kecerdasan buatan diprediksi akan memangkas biaya dan kendala yang selama ini dihadapi pada eksperimen berbasis sains, penciptaan inovasi, hingga di bidang seni.
  7. Komunikasi Bebas Hambatan. Kecerdasan buatan dan big data analysis digunakan secara optimal.
  8. Simbiosis Ekonomi. Perusahaan akan saling berkolaborasi tanpa batasan jarak, untuk saling berbagi sumber daya.
  9. Gelaran 5G. GIV memprediksikan pada tahun 2025, 58% populasi penduduk dunia dapat menikmati akses 5G.
  10. Tata Kelola Digital Global.

Jujur sebagai ibu-ibu biasa saya cukup terpukau dengan prediksi ini. Namun, tetap saja, ketika membaca megatrends di atas, saya menemukan bahwa apa yang disampaikan oleh Pak Nadiem dua tahun lalu masih sangat relevan. Dan rasanya itu visi yang dipahami oleh Beliau. Bahkan sejak saat orang awam seperti saya berpikir, hal-hal tersebut hanya ada di film-film scifi semata.

Memang ada pro dan kontra yang kemudian beredar, terkait pendapat tokoh masyarakat yang bilang, “Pendidikan tidak hanya sekadar teknologi”. Saya pun setuju dengan statement tersebut. Namun, saya rasa perlu diingat pula bahwa adab dan akhlak wajib hukumnya dimulai dari rumah. Kewajiban orang tua yang utama. Sementara pendidikan bahasa dan coding, tidak semua orang tua dapat dan mampu mengajarkannya.

2 . Ceramah di Kemendiknas

Pun demikian, saat Beliau menjadi narasumber di Kementerian Pendidikan (lagi-lagi saat masih memimpin Gojek). Ketika sesi tanya jawab, Beliau menyinggung tentang 1) assessment dalam pendidikan atau bagaimana siswa dinilai serta 2) kurikulum.

Nadiem Makarim mengkritisi pendidikan saat ini yang hanya fokus pada Content. Menurut Beliau, walau materi kognitif (Content) itu penting namun pembentukan Character dan Competency harus menjadi penekanan.

Kritik tersebut terkait juga dengan bagaimana sistem pendidikan Indonesia mengukur hasil pendidikannya. Yaitu dengan ujian yang hanya menguji Content. Hanya menguji ingatan tidak sampai mengasses character dan competency.

Beliau menekankan kemampuan critical thinking, reading comprehension, scientific method dan berpikir dua sisi lebih penting dari sekadar tahu banyak hal. Walau tentu saja, dalam beberapa domain expertise, Content pengetahuan tetaplah penting.

Materi lengkap dapat dilihat di tautan di bawah ini:

In My Humble Opinion

Apa yang disampaikan oleh Pak Nadiem membuat saya membayangkan sebuah sistem pendidikan yang lebih pro anak sebagai subyek pendidikan. Saya menyebut pro anak, karena fokus pada karakter mereka serta pada kompetensi yang akan mereka butuhkan nantinya di masa depan.

Apa yang disampaikan oleh Pak Nadiem, juga mengingatkan saya pada visi human capitalnya Bu Sri Mulyani bagi pegawai Kementerian Keuangan. Dari sejak pertama beliau menjadi Menteri Keuangan, kompetensi (soft competency – character dan hard competency – kompetensi teknis) menjadi salah satu fokus Beliau.

Hal itu mengubah banyak hal dalam organisasi. Kurikulum training yang competency based, penilaian kinerja dan juga assessment. Terkait assessment pun, banyak hal yang kemudian perlu diupayakan, karena pelaksanaan assessment untuk soft competency yang rumit. Perlu adanya assessor dan juga fasilitas pendukung lain.

Itu baru membicarakan satu kementerian. Yang strukturnya relatif lebih kecil dibandingkan apa yang akan dihadapi oleh Pak Nadiem Makarim dengan pendidikan Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke. I can imagine bagaimana terjal tantangannya.

Namun seperti apa yang dilakukan oleh Bu Sri, yang walaupun prosesnya panjang (beliau menjadi menteri dalam beberapa periode), namun mulai memperlihatkan hasil, saya pun berdoa yang sama terjadi di sistem pendidikan Indonesia.

Harapan saya sederhana:

1 . Semoga Pak Nadiem tetap fokus pada visi yang Beliau punya, sebagaimana yang Beliau sampaikan di dua ceramah di atas. Saya yakin, Kemendikbud memiliki banyak ahli pendidikan yang bagus. Hanya dengan pemimpin yang memiliki visi sajalah, kementerian ini dapat membawa bangsa ini ke arah lebih baik.

2 . Semoga ada cukup waktu bagi Pak Nadiem, dalam periode ini, untuk membuat blue print sistem pendidikan nasional yang mutakhir dan sekaligus berkeadilan. Sehingga tidak ada lagi trial error yang dilakukan tiap pergantian menteri baru. Kata Caplang, buat anak kok coba-coba.

Teriring salam dan doa, dari ibu yang anak pertamanya akan masuk SD, lima tahun lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah