Goodbye 2017

Hidup manusia seperti uap.

2017 mengingatkan saya bahwa hidup manusia seperti uap. Pagi ini ada, esok tiada yang tahu. 2017 sekaligus adalah masa pertemuan dan perpisahan karena hidup. Litteraly, karena hidup dan Sang Pemberi Hidup.

Bagaimana tidak. 2017 adalah tahun pertama saya bertemu dengan Gayatri. Saat persalinan.

parenteam bertiga di teras

2017 juga adalah tahun dimana saya berpisah dengan Mama Mertua yang meninggal beberapa hari setelah ulang tahun saya. Beberapa hari setelah beliau minta maaf, karena saat saya ulang tahun kami malah menghabiskan waktu di RS. Saya sendiri tak ingat hari itu ultah.

Untuk beberapa rekan yang tahu kedekatan kami, pastilah tau beratnya saya kehilangan Mama. Saya tak menceritakannya di blog, tentang kepergian Mama. Tak sempat menuliskannya saat Beliau sakit karena semua begitu cepat. Kami kehilangan Beliau bahkan saat hasil tes laboratorium yang dilakukan belum keluar. Dan untuk menuliskan kronologinya kembali saya sedih. Sedih dan bingung. Sebingung saat menerima hasil lab yang ternyata semua negatif.

hiks

#
Mohon maklum kepada saudara dan kerabat yang merasa tidak dikabari. Kami terlalu sibuk mencoba kuat. Terlalu sibuk menenangkan diri.

Uangpun seperti uap.

Begitu juga dengan masalah keuangan. Sejak awal tahun kami berusaha tertib demi cita-cita melunasi hutang. Kelahiran normal Gayatri yang melegakan karena membuat tabungan kami aman, ternyata tak menjadi jaminan. Dalam 2017 Gayatri masuk RS, sepsis. Belum lagi diagnosis murmur yang mendorong kami harus cek echocardiodram.

Puji Tuhan, setelah konsul dengan dokter spesialis jantung anak, jantung Gayatri dinilai normal. Di saat itulah kali pertama saya dan suami merasa sangat bersyukur walau duit banyak melayang.

setrong

Pukulan kedua bagi keuangan kami adalah saat suami harus opname. Pukulan telak, karena disusul sakitnya mama mertua.

Bantuan dari keluarga dan kerabat datang, saat kami benar-benar kehabisan uang. Saat itu juga jenazah Mama harus dibawa ke kampung halaman. Bantuan datang tepat sesuai yang kami butuhkan.

Di bandara, menuju kampung halaman, hanya bersama Gayatri karena suami ikut dalam mobil jenazah, saya banyak merenung. Sesungguhnya tiada arti kuasa yang kami punya di hadapan sang Pemberi Hidup. Saat itu saya tak bisa menangis walaupun ingin sekali.

Saya ingin menangis bukan karena menangisi nasib Mama. Karena saya percaya Beliau telah bahagia bersama Penciptanya.

Saya ingin menangis untuk diri saya sendiri. Untuk saya yang kehilangan. Dan untuk saya yang merasa tidak berdaya.

Selama ini saya memahaminya secara teori. Namun saat itu saya seolah menelan teori itu dalam kenyataan. Bahwa dengan mudahnya hidup dibalikkan dari suka menjadi duka.

Vice versa.

Setelah duka pun, Tuhan dengan mudah bisa memberi rasa suka. Ya, bulan terakhir 2017 masih menyimpan kejutan yang menyukakan hati.

Kami yang awalnya kehabisan tabungan cash (bahkan hanya bisa membeli sweater bayi seharga 50k untuk Gayatri – di musim hujan ini – karena jaket ni bocah uda kekecilan) tiba-tiba mendapat rejeki yang lumayan. Bahkan untuk melunasi hutang bank yang jatuh tempo masih beberapa tahun lagi.

Utang menguap.

Saya pun speechless.

*

Btw….. Sebenernya saya tak ingin terdengar seperti kotbah malam akhir tahun. Tapi ya sudahlah, bagaimanapun saya pengen banget ngutip lirik lagu theme song 2017 saya ini….

God is too wise to be mistaken,

God is too good to be unkind.

But when we don’t understand,

when we can’t see His hand,

when we can’t trace His plan,

trust His Heart….”

kuat

Goodbye 2017! Walaupun saya tak bisa bilang “nice to meet you” tapi yahhh, thanks alot buat pelajaran hidupnya. Hehehe…. Semoga saya bisa lebih bijak di 2018!!!!

Dooohh…. saya jadi pingin nangis melooo kaaan…. Uda ah. Terimakasih sudah mampir dan salam sayang….. :*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Buku Hamu dan Biji Bunga Matahari, Literasi Keuangan Anak

Review ASI Booster di Alfamart / Indomaret yang Enak Banget

Storytel, Aplikasi Audiobook Bikin Baca Buku Lebih Mudah Lebih Murah